KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Mengingat sebagian besar produksi susu nasional masih didominasi para peternak kecil yang tergabung dalam koperasi, kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) berupaya memperkuat kelembagaan koperasi. Dilakukan di Koperasi Sapto Argo Raharjo, Sawanan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, melalui penguatan manajemen dan pengembangan sistem keuangan koperasi.
Koperasi ternak sapi perah yang didirikan pada 2014 itu semula hanya beranggotakan 20-30 peternak, namun kini sudah berkembang menjadi 700-an anggota dengan 28 kelompok tani ternak (KTT). Koperasi itu dirasa sangat membantu pengelolaan sapi perah dalam skala mikro, apalagi pada era Covid-19 kali ini. Petani merasakan adanya sedikit kenaikan harga, membuat peternak yang tadinya vakum, mulai mengisi lagi kandangnya dengan sapi perah. “Insentif harga menjadi komponen sangat penting bagi para peternak sehingga menumbuhkan gairah untuk kembali menekuni usaha sapi perah,” tutur dosen Unimma yang memimpin pengbdian di desa itu, Dr Rochiyati Murniningsih SE M, hari ini.
Disebutkan, akhir-akhir ini omzet penjualan petani dengan kemitraan ke koperasi sapi perah yang ada di masing-masing wilayahnya dirasa sangat membantu. Selanjutnya koperasi menjadi pemasok susu ke industri pengolahan susu sapi. “Kesadaran pentingnya koperasi sapi perah sebagai lembaga kerakyatan yang nyata berkontribusi pada kesejahteraan petani sapi perah itulah yang memotivasi kelompok mahasiswa Unimma melakukan pengabdian pada masyarakat terpadu (PPMT) untuk membantu proses penguatan kelembagaan/ manajemen,” jelasnya.
Adapun kegiatannya ditentukan dalam tiga skema yaitu penguatan manajemen produksi susu, pengembangan aplikasi keuangan koperasi dan pengembangan e-marketing. Penguatan manajemen produksi susu dilaksanakan Sabtu 19 Juni 2021 dengan mengundang perwakilan kelompok tani ternak (KTT) di bawah Koperasi Sapto Argo Raharjo dalam bentuk forum diskusi. Meski KTT di Kecamatan Ngablak sudah beberapa kali mendapatkan bantuan CSR dari beberapa BUMN, namun forum diskusi yang diselenggarakan mahasiswa KKN PPMT Unimma bekerja sama dengan petugas Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Ngablak, Haryanti, dirasakan sangat membantu petani untuk menemukan dan mengenali masalah, serta menentukan solusi dari masalah manajemen produksi susu sapi.
Dr Rochiyati Murniningsih SE MP menuturkan, latar belakang kegiatan PPMT itu berangkat dari fakta perkembangan peternakan sapi di Indonesia yang dinilai sangat lamban. Dalam 50 tahun terakhir, pola pikir peternakan sapi perah masih berdasarkan pada peternakan kecil. Peternakan sapi perah rakyat masih didominasi peternak skala mikro dengan dua atau empat ekor sebagai usaha tani.
Permintaan Rendah
Berdasarkan catatan dia, tingkat permintaan produk susu Indonesia juga rendah, terlihat dari tingkat konsumsi susu masyarakat masih rendah, hanya berkisar 16,23 kg/kapita/tahun. Jumlah itu masih jauh dibanding dengan konsumsi susu di negara-negara Asia Tenggara, di mana Brunei Darussalam sudah mencapai 129,1 liter, Malaysia 50,9 liter, Singapura 46,1 liter, bahkan lebih rendah dari Vietnam yang konsumsi susunya mencapai 20,1 liter/kapita/tahun. Belum lagi ketidakberpihakan kebijakan pertanian sehingga iklim investasi di persusuan belum begitu menarik bagi para investor. Selama kurun 2015-2018, konsumsi atau permintaan susu tumbuh 11,73 persen, sementara produksi susu segar dalam negeri rata-rata hanya tumbuh 6,13 persen per tahun. Dampaknya, impor susu dan produk susu terus naik.
Dalam kegiatan itu melibatkan lima mahasiswa, terdiri Ari Tamtomo Budianto, Oktavia Prihartanti, Esti Elia Wardani, Catur Dewi Larasati, dan Rahma Nurul Septiana. Kegiatan PPMT itu secara resmi dimulai sejak Senin 14 Juni 2021 dan akan berakhir 14 Juli mendatang.
Ketua Asosiasi Peternak Sapi, Suhud, menilai forum itu menggugah kesadaran petani bahwa bangkitnya koperasi susu berperan penting pada penguatan ekonomi rakyat.
Ketua Koperasi Abrori menambahkan, kesadaran petani makin diperkuat dengan paparan dosen Unimma Dr Rochiyati Murniningsih SE MP bahwa adanya pandemik Covid-19 menjadi momen penting peningkatan konsumsi produk olahan susu. Pandemi menuntut daya tahan tubuh yang kuat dan susu merupakan salah satu produk potensial untuk kebutuhan daya tahan tubuh. Oleh karenanya, kondisi pandemik ini mestinya ditangkap oleh koperasi ternak susu untuk menggerakkan anggotanya dalam memperluas pasar dan meningkatkan kualitas untuk daya saing produk susu.
Dia catat paparan dosen Unimma Dr Rochiyati yang menyebutkan bahwa
dalam 10 tahun ke depan Indonesia menghadapi bonus demografi yaitu kondisi proporsi jumlah penduduk usia produktif terbesar dalam piramida penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk disertai dengan peningkatan permintaan masyarakat akan bahan pangan termasuk di dalamnya produk susu dan olahannya. “Itu akan menjadi momentum bagi para peternak untuk terus meningkatkan produksinya guna memenuhi kebutuhan susu nasional tanpa bergantung pada produk impor,” tuturnya.
Eko Priyono