blank
Sarjono bersama anggota keluarga

Oleh : Sarjono, SE

“Dikasih apa kok dua hari anosmianya bisa sembuh?” satu pertanyaan masuk ke inbok saya sesaat setelah saya mengabarkan bahwa hasil swab test negatif dan anosmia anak saya sudah sembuh.

Pertanyaan seorang kawan di medsos ini sengaja saya jadikan awal tulisan untuk menunjukkan bahwa sebenarnya banyak orang yang tidak memahami bagaimana virus itu bekerja dan bagaimana cara penyembuhannya.

Akibatnya sangat dimungkinkan terjadi, seseorang tidak mau memeriksakan diri ke tenaga medis, atau takut melaporkan diri ke satgas covid-19, walaupun ia telah merasakan gejala Covid-19. Padaahal   tindakan itu justrui bisa merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

blank
Sarjono atau yang juga akrab disapa Mbah John bersama keluarga, tetap happy hadapi pandemi

Sebelum saya lanjutkan, ada baiknya saya ceritakan sedikit kronologinya sampai saya sekeluarga harus melakukan isolasi mandiri. Awalnya anak saya, perempuan, 16 tahun, kirim pesan whats app saat saya masih di kantor.

“Bapak, adik takut, adik tidak bisa mencium bau apapun, bahkan parfum pun tidak bau sama sekali” tulisd anak saya. Panik gak?  Ya pasti panik lah. Orang tua mana yang gak panik mendapat kabar seperti itu dari anaknya, apalagi ditengah berseliwerannya berita tentang korban covid-19 yang berjatuhan.

Ditambah lagi ketika saya coba hubungi lewat telepon, suaranya tidak jelas dsebab iiringi isak tangis. Maka tak perlu pikir panjang saya segera tancap gas pulang ke rumah. Namun sebelumnya mampir dulu ke swalayan beli susu merek tertentu yang banyak direkomendasikan untuk penguat imun, yang iklannya di tivi berupa naga berwarna putih.

Sampai di rumah segera saya ambil air panas, saya campurkan minyak kayu putih agak banyak, kemudian saya minta anak saya menghirup uap panasnya, sampai batuk-batuk bahkan muntah-muntah dan riak-riaknya keluar.

Saat itu juga saya menghubungi kawan yang seorang nakes di puskesmas (kebetulan belum punya nomor bidan desa), dan mendapat  informasi  bahwa pagi sebelum saya menghubungi sudah dilakukan swab test untuk masyarakat. Karena itu  jadwal swab test berkikutnya  masih satu minggu lagi.

Kemudian saya coba menghubungi seorang sahabat di RSU Kartini, saya ceritakan kondisi anak saya. Atas kebaikan hatinya saat itu juga anak saya didaftarkan untuk ikut swab test, tetapi karena sudah sore baru esok paginya bisa dilaksanakan.

Sore harinya saya dikirimi obat dan vitamin dari puskesmas, untuk anak saya dan seluruh anggota keluarga. Juga penegasan anjuran agar kami sekeluarga melakukan isolasi mandiri di rumah.

Esok paginya anak saya di- swab test, malamnya keluar hasil dan terkonfirmasi positif terdampak virus covid-19. Mendapat kabar itu yang pertama saya lakukan adalah memberi  tahu ketua RT sebagai satgas PPKM covid-19, memberi  tahu tetangga bahwa kami terpapar dan harus mengisolasi diri serta memberi tahu keluarga, khususnya eyangnya yang sudah sepuh untuk tidak datang nengok cucu dulu.

Juga memberi tahu atasan dan kawan-kawan kantor karena terkait dengan perijinan serta memberi tahu kawan-kawan yang biasanya datang ke rumah untuk tidak datang dulu.

Selanjutnya saya sekeluarga menjalani isolasi mandiri dengan mengikuti petunjuk dari Bidan Desa dan kawan-kawan nakes, seperti berjemur, mengkonsumsi makanan-minuman penguat imunitas tubuh , jahe, rempah-rempah, madu, susu, dan juga tablet vitamin dari puskesmas.

Juga tetap menghirup uap panas  dicampur minyak kayu putih. Dan yang paling penting adalah menjaga mental khususnya anak perempuan jangan sampai drop. Oleh karena itu saya kondisikan agar suasana rumah yang sekaligus jadi tempat isolasi selalu gembira, apa yang sedang terjadi kami justru kami jadikan bahan candaan.

Anosmia hilang dan hasil swab negatif

Hari ketiga dalam masa isolasi kami, disela makan pagi, anak perempuan saya bilang, “eh, adik sudah bisa menicum bau.”  Alhamdulillah. Terimakasih Ya Allah. Hanya karena-MU semua ini bisa terjadi. Segera saya kabarkan perkembangan itu pada Bidan Desa dan kawan di RSU maupun di Puskesmas.

Mereka semua memberikan semangat dengan kalimat-kalimat positif, sembari berpesan agar tetap melanjutkan Isolasi Mandiri sampai selesai. Dan memang sampai hari itu tidak ada gejala lain yang dialami anak perempuan saya maupun kami bertiga.

Hari keempat, malam sebelum kami bertiga mengikuti swab test, (kami swab sesuai jadwal puskesmas yaitu tepat hari ke-lima masa isolasi) ada beberapa gejala yang mencurigakan. Istri saya agak batuk-batuk kecil, anak laki-laki saya pilek agak berat, saya sendiri seperti ada yg mengganjal di tenggorokan.

Malam itu juga kami berempat melakukan ritual hirup uap panas, masing-masing pegang  termos berisi air panas yang sudah dicampur minyak kayu putih, dan malam itu terjadilah kontest batuk. Paginya saya, istri dan anak laki-laki mengikuti swab test di puskesmas. Dua hari kemudian keluar hasilnya dan alhamdulillah kami bertiga semua negatif.

Dan pada saat saya menuliskan ini, tepatnya hari kedelapan masa isolasi, kondisi kami sekeluarga sangat baik, anak perempuan saya tidak pilek atau batuk, penciuman normal. Anak laki-laki saya pileknya sembuh. Istri  tidak batuk-batuk kecil lagi, saya sendiri tidak lagi terasa ada yang mengganjal di tenggorokan.

Jangan takut periksa

Barangkali perlu saya ceritakan sedikit selama menjalani masa isolasi ini, ada beberapa kawan yang dengan maksud baik memberikan support pada kami, mereka cerita bahwa sebenarnya mereka juga mengalami anosmia. Tetapi sengaja tidak memeriksakan diri atau melapor ke satgas, cukup ditangani sendiri dengan berbagai cara.

Alhamdulillah semuanya membaik. Akan tetapi menurut saya pribadi tindakan itu justru bisa merugikan diri sendiri manakala terjadi sesuatu diluar kehendak kita.

Dan seperti saya sampaikan di awal tulisan bahwa saat ini dimungkinkan penyebaran virus ini dimasyarakat cukup masif, dipertegas oleh pernyataan seorang anggota satgas yang melakukan penyemprotan disinfektan di rumah saya, bahwa sebenarnya banyak anggota masyarakat yang mengalami anosmia atau gejala-gejala ringan lain, tetapi kebanyakan tidak disampaikan ke satgas. Rata-rata merasa malu atau takut jika dinyatakan positif kemudian dijauhi tetangga dan lingkungan sekitarnya.

Untuk itu melalui tulisan ini saya mengajak siapapun yang mengalami gejala terpapar covid untuk tidak usah takut memeriksakan diri atau melakukan swab test, karena dengan begitu akan bisa dilakukan tindakan medis yang tepat sesuai tingkat gejalanya, sebelum semuanya terlambat.

Dan bagi yang sudah pasti terpapar, tetaplah berpikir positif, buat hati gembira, jangan berlarut dalam kekhawatiran karena semakin stres otak kita akan semakin menurunkan daya imunitas tubuh kita.

Sementara bagi masyarakat yang warganya ada yang terpapar, berilah dukungan moral maupun material, khususnya terkait kebutuhan konsusmi harian. Karena dalam kondisi terisolasi, mereka tentu mengalami kendala untuk memenuhi kebutuhan hariannya.

Demikian sekedar sharing dari saya, semoga kita semua selalu sehat wal afiat, terhindar dari wabah ini.

Penulis adalah ASN dan Pegiat Budaya Jepara