TEGAL (SUARABADU.ID) – Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyerta yang banyak di temukan pada penderita Covid-19 yakni sekitar 15 persen. Awalnya hipertensi dan tingkat rawat inap pasien Covid-19 dihubungkan karena dari data 20.982 pasien Covid-19 dan data dari penyakit penyerta, data hipertensi menunjukkan angka 12,6 persen.
Keterangan tersebut terungkap saat
webimar awam yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tegal bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardivaskular Indonesia (Perki) Tegal pada Jumat (28/5/2021) malam.
Webinar dengan mengambil tema ‘Cegah dan Kendalikan Hipertensi, Untuk Hidup Sehat Lebih Lama’ menghadirkan nara sumber Kepala Dinas Kota Tegal, dr Sri Primawati Indraswari S.Ked, Sp KK, MM, MH, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tegal Siti Halamah SKM M.Kes, dua dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Yanuar Surya Pratama S.Ked, Sp JP dan dr M Adrin Aefiansyah Putra S.Ked Sp JP dengan moderator dr Kemala Gautami Hidayah S.Ked.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal, dr Sri Primawati Indraswari menyampaikan,
Prevalensi hipertensi di Kota Tegal berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 38, 16 persen. Angka ini berada di atas angka nasional yakni sebesar 34,1 persen dan Jawa Tengah sebesar 37,6 persen.
“Mengingat analisis situasi khususnya di Kota Tegal menunjukkan peningkatan kasus hipertensi dari tahun ke tahun sekaligus kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir,” kata dr Sri Primawati.
Untuk itu menurut dr Sri Prima perlu diselenggarakan kegiatan dalam rangka menyamarakkan Hari Hipertensi sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Mei dangan Wabiner awam sekaligus sebagai upaya untuk mengelola hipertensi di masyarakat dengan promosi kesehatan deteksi dini dan penanganan kasus.
Secara terpisah Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tegal, Siti Halamah menambahkan, hipertensi atau yang febih dikenal dengan The Silent Kiler menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia dimana banyak sekali gejalanya tidak diketahui dan tidak dianggap serius oleh penderita sampai pada akhirnya menjadi parah dan menimbulkan komplikasi yang menyerang berbagai organ, seperti penyakit kardiavaskular hipertensi ensstalopati, penyakit hipertensi serebroveskular dan hipertensi retinopati.
Siti Halamah menjelaskan, angka kesakitan Hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1 persen menunjukkan adanya peningkatan dan Riskesdas 2013 sebesar 25,8 persen. Sedangkan data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKENAS) 2016 yaitu 32,4 persen. Jumlah tersebut diprediksi lebih tinggi pada kondisi di lapangan karena banyak orang yang tidak sadar diri memilki darah tinggi. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis.
“Proporsi keseluruhan kasus hipertensi sebasar 39,7 persen dari 406 pasien yang meninggal dengan infeksi Covid-19,” jelas Siti Halamah.
Data menunjukkan hanya 0,7 persen orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan.
“Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3 persen), umur 45-54 tahun (11,9 persen), 55-84 tahun (17,2 persen),” ungkap Siti Halamah
“Tingkat fatalitas akibat Covid-19 pada pasien yang memiliki riwayat penyakit kronis lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Presentase fatalitas Covid-19 pada kondisi penyakit kronis di antaranya hipertensi 6 persen, diabetes 7,3 persen, penyakit kardiovaskular 10,5 persen, penyakit saluran pernafasan kronis 6,3 persen, kanker 5,6 persen, dibandingkan dengan angka 0,9 persen pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis,” ujarnya.
Nino Moebi