blank
Salah satu warga Dusun Kerten, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang sedang membuat kue kereng di atas tungku api. Foto ; Yon

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Memasuki bulan Ramadan seperti saat ini,  sebagian besar warga Dusun Kerten, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang disibukkan dengan membuat makanan ringan yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Makanan ringan tersebut yakni kue kereng yang terbuat dari tepung beras ketan dicampur parutan kelapa dan gula sebagai pemanis rasa.

Makanan tradisional tersebut biasanya  sering disajikan untuk menjamu tamu pada saat Lebaran. Maka tidak heran, bila memasuki bulan Ramadan, masyarakat di Dusun Kerten disibukkan membuat kue tradisional itu.

blank
Kue kereng buatan warga Dusun Kerten, Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang bisa bertahan hingga enam bulan di wadah tertutup, meskipun pembuatannya tidak menggunakan bahan pengawet. Foto; Yon

Kepala Dusun Kerten, Ridho mengatakan, hampir 45 persen penduduk di dusun yang ada di pinggir Jalan Raya Magelang –Semarang menekuni usaha makanan ringan itu.

“ Dari 320 kepala keluarga yang ada di Dusun Kerten ini, 150 orang diantaranya menjadi perajin kue kereng ini,” kata Ridho.

Menurutnya, usaha pembuatan kue kereng tersebut merupakan usaha turun-temurun yang dilakukan warga setempat puluhan tahun silam.

Ia menambahkan, pada awalnya  hanya ada tiga perajin kue kereng di Dusun Kerten. Yakni, mbah Kotimah  (alm), mbah Badriyah dan mbah Komariah.

“Dari tiga orang tersebut, kemudian ia meminta tetangganya  untuk membantu dan akhirnya hingga saat ini hampir seluruh warga Dusun Kerten bisa membuat kue tersebut,” ujarnya.

Awet 6 Bulan

Ridho mengatakan, menjelang Lebaran permintaan kue kereng meningkat hingga tiga kali lipat di bandingkan  dengan hari biasanya. Pesanan kue kereng tersebut tidak hanya dari tetangga desa sekitar, melainkan juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa.

“Pada tahun ini, pesanan kue kereng meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan menjelang Lebaran tahun lalu,” ujarnya.

Bahkan, menjelang Lebaran seperti saat ini, para perajin kue kereng kewalahan  menerima pesanan. Dan, untuk memenuhi pesanan tersebut, terkadang  setelah menjalankan salat tarawih hingga dini hari.

Dan untuk memasarkannya, tidak mengalami kendala yang berarti. Karena, sebagian besar merupakan para pengepul makanan yang kemudian akan dijual kembali ke konsumen.

Ridho menjelaskan, kue kereng buatan masyarakat Dusun Kerten ini bisa bertahan hingga enam bulan dalam wadah yang tertutup rapat. Meskipun dalam proses pembuatannya, tidak menggunakan bahan pengawet.

“Pembuatannya tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan kimia. Hanya menggunakan bahan dasar berupa tepung beras ketan, gula pasir dan parutan kelapa” katanya.

Sedangkan untuk harganya juga sangat terjangkau yakni Rp60.000 per kilogram untuk kereng yang murni ( tanpa campuran tepung beras biasa). Sementara untuk kereng yang menggunakan campuran tepung beras biasa hanya Rp 30.000 per kilogram.

Para perajin kue kereng Dusun Kerten ini, selain menerima pesanan kue dalam bentuk sudah jadi, juga menerima pesanan “ndandake “ (bahan baku dari pemesan, dan perajin hanya membuatkannya, red).

“Kalau ongkos ‘ndandake’ kereng itu hanya Rp 35.000 per kilogramnya. Tetapi semua bahan baku berasal dari pemesan,” imbuhnya. Yon