Oleh :Dr. H. M. Fakhruddin
Meski tidak makan seharian, puasa tidak boleh jadi alasan untuk lemas dan tidak bergairah saat bekerja. Pada sebagian orang, rasa letih dan mengantuk saat puasa muncul bukan karena tidak makan melainkan hanya karena tidak cukup tidur.
Bukan hanya waktu puasa, produktivitas yang menurun di tempat kerja hampir selalu bisa dihubungkan dengan pola tidur yang tidak teratur. Bedanya, pada hari-hari biasa rasa letih dan mengantuk bisa diatasi dengan minum kopi atau teh, maupun makan camilan.
Lain halnya ketika sedang berpuasa, seseorang tidak bisa minum kopi atau teh di siang hariĀ hingga rasa letih akan lebih terasa dibanding hari-hari biasa. Akibatnya banyak yang mengantuk di tempat kerja, dikira itu adalah efek dari seharian tidak makan.
Dalam banyak kasus, orang mengantuk saat puasa bukan karena tidak makan tetapi karena kurang tidur saja. Sebenarnya asal cukup tidur dan polanya teratur, puasa tidak perlu jadi alasan untuk mengantuk.
Pendapat tersebut banyak benarnya terutama bagi yang kerjanya lebih banyak duduk di kantor, mengetik atau menulis sepanjang hari. Meski berpikir juga butuh energi, namun kalori yang dibutuhkan tentu tidak sebanyak pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik.
Karena itu kami menyarankan, jika tidak ingin merasa lemas saat berpuasa maka usahakan agar tidur malamnya mencukupi baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Jika harus bangun pagi untuk menyiapkan makan sahur, malam harinya tidak boleh bergadang untuk keperluan yang tidak terlalu penting.
Kalaupun tidur malamnya tidak mencukupi, siang harinya bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk melakukan power-nap, yakni tidur siang yang singkat tapi berkualitas. Sehabis salat siang misalnya, power-nap selama 20-30 menit sudah cukup untuk memulihkan energi.
Power-nap tidak perlu lama-lama, yang penting cukup untuk me-recharge energi. Kalau terlalu lama malah tidak bagus, nanti jika terlalu pulas malah tidak jadi kerja. Tidur siang kalau terlalu lama kadang juga malah bisa pusing.
Terkait kebijakan untuk mengubah jam kerja seperti yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta, hal itu tidak terlalu penting jika alasannya hanya supaya tidak letih. Puasa tidak boleh jadi alasan untuk mengantuk.
Namun untuk keperluan yang lain misalnya agar punya lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan rohani atau berkumpul dengan keluarga, tentunya perubahan jam kerja masih bisa diterima. Yang penting, jadwal aktivitas dan pola tidur harus disesuaikan agar masing-masing bisa teratur dan tidak terlalu sering berubah-ubah.
Baik sedang puasa atau tidak, kurang tidur pasti mempengaruhi produktivitas kerja. Perlu diingat, hingga saat ini tidak ada satupun zat yag bisa menggantikan efek tidur. Kafein dan semacamnya hanya bisa menunda, pada saatnya rasa kantuk itu akan datang juga kalau tidurnya memang tidak cukup.
Penulis adalah anggota IDI Cabang Jepara dan FKTP BPJS Kesehatan Bangsri