Oleh : Dr. H. Akhirin, M.Ag
Tujuan di syariatkan puasa oleh Allah SWT kepada hambanya adalah agar dapat mengubah dirinya menjadi pribadi bertaqwa (Muttaqin), sebagaimana termaktub dalam ayat wajibnya puasa “la’allakum tattaqun “,(QS:2:183) agar mukmin menjadi muttaqin (orang yang taqwa).
Karena itu puasa harus berbekas pada perubahan mentalitas kearah yang lebih baik. Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW Sayyidina Ali bin Abi Tholib memberikan pelajaran bahwa orang bertaqwa mempunyai empat sifat utama.
Pertama, Al khauf bil jalill ( rasa takut kepada Allah yang Maha Agung) . Orang yang bertaqwa mestinya selalu merasa di awasi kapanpun dan di manapun .Juga mengakui bahwa selain Allah swt adalah kecil.
Jika kita takut pada hal hal kecil , seperti bencana alam,dan lainya maka selayaknya kita lebih takut kepada dzat yang mengatur itu semua, Allah swt. Indikator ini menunjukkan bahwa puasa menghendaki peningkatan keimanan khususnya prinsip tauhid.
Kedua Al ‘amal bil tanziil ( beramal sesuai dengan tuntunan syareat . Disebut taqwa jika seseorang itu menjalanjan apa yang menjadi perintah Allah swt dan menjauhi segala larangan Nya Puasa inilah latihan utama dalam penerapannya.
Ketiga, Ar Ridlo bil qalil (ridlo dengan yang sedikit ). Jiwa manusia menghendaki yang banyak , obsesi tinggi namun sering kali tidak di barengi dengan ridlo atas ketetapan Allah swt .Dengan puasa kita di ajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang didapat serta berkeyakinan penuh bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kadarnya.
Keempat, Al isti’dat li yaumir rahiil ( menyiapkan uuntuk kehidupan akherat) Ya. disebut bertaqwa jika seseorang itu memberikan prioritas untuk kehidupan yang kekal Seperti yang digambarkan dalam sekiat ayat Al quran dan hadits Nabi. Di dunia menanam , di akherat mengetam.
Selama Ramadlon kita didik menjadikan sebagian besar waktu sehari-hari digunakan untuk bekal akherat. Tanpa melupakan kehidupan dunia.
Penulis adalah Wakil Rektor 1 Unisnu Jepara
