blank
Kerajinan yang terbuat dari limbah kulit telur dan kayu bekas, karya Heriyanto, warga Blok A7/12 Perum Depkes, Kelurahan Kramat Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang sudah menembus pangsa pasar internasional. Foto: Yon

MAGELANG (SUARABARU.ID)-Bagi sebagian orang, barang limbah dianggap sebagai barang yang tidak berguna dan dianggap sampah.

Namun, di tangan Heriyanto, warga  Blok A7/12 Perum Depkes, Kelurahan Kramat Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, bisa diolah menjadi karya yang bernilai seni dan ekonomi tinggi. Yakni,seperti mangkuk sop,gelas, sendok, garpu, sumpit, piring, gelas, gantungan kunci, bingkai foto, kotak cincin dan lainnya.

Dengan sedikit sentuhan seni, cangkang ( kulit telur) yang dibalutkan ke kayu limbah dan dibentuk aneka jenis produk  tersebut, mempunyai nilai seni dan nilai ekonomis yang tinggi.

blank
Heriyanto, perajin kriya dari limbah cangkang telur dan kayu bekas. Foto; Yon

Heriyanto menuturkan, usaha kerajinan tersebut dirintis sejak tahun 2018 lalu, setelah ia melihat pameran di Taman Lumbini, Candi Borobudur ada kerajinan tanah liat berupa celengan yang ditempeli dengan kulit telur.

“Setelah melihat pameran tersebut, saya punya ide untuk menjadikan kayu sebagai media untuk menempelkan cangkang telur tersebut. Secara kebetulan, di sekitar rumah saya banyak tetangga yang mempunyai usaha pembuatan roti dan kulit telur tersebut hanya dibuang,” katanya.

Setelah berhasil membuat karya tersebut dan banyak peminatnya untuk  untuk membelinya.

Dan, gayung pun bersambut karya-karyanya diikutkan dalam beberapa pameran di Kota Magelang yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang.

Lambat laun, usaha yang ditekuninya semakin berkembang dan banyak konsumen yang mencarinya, sehingga ia harus mencari pekerja untuk membantunya.

Bersama dengan dua orang pekerjanya, ia mengerjakan seni kriya kulit telur dan kayu bekas tersebut di rumahnya di Blok A7/12 Perum Depkes, Kelurahan Kramat Utara, Kota Magelang, yang juga sebagai workshop “Pinilih Craft”.

Dalam seharinya, ia bisa membuat sekitar 20 buah karya yang berupa mangkuk kecil dan mangkuk sop.

Sedangkan, untuk karya-karya yang kecil, seperti sendok dan garpu bisa sebanyak 50 pasang.

Menurutnya, dalam pengerjaan tersebut tidak ada kendala yang berarti, karena semua barang-barang telah tersedia dan dikumpulkan lebih dulu. Melainkan faktor cuaca sangat mendukung produksinya.

“Kendalanya yang dihadapi hanya faktor cuaca saja. Karena, sebelum dilakukan  pelapisan, baik kulit telur maupun kayu bekas terlebih dulu dilapisi dengan pelapis anti jamur,” imbuhnya.

Suami dari Tri Sumarni  ini menambahkan, pangsa pasar kriya buatannya tersebut tidak hanya beberapa kota  di wilayah nusantara saja, melainkan juga telah berhasil menembus pangsa pasar internasional.

“Pangsa pasar  karya dari Pinilih Craft ini  dari berbagai kota di  Pulau Jawa dan luar Jawa. Bahkan, sudah menembus pasar internasional yakni di Thailand,” ujarnya.

Selain itu, karya-karyanya juga dipajang di Galeri Kota Gede yang ada di Bandara New Yogyakarta International Airport, Kabupaten Kulonprogo, DIY. Adapun karyanya yang dipajang di galeri  tersebut berupa mangkuk sop, mangkuk kecil, sendok dan garpu.

Turun 50 Persen

Heri menjelaskan, masa pandemic Covid-19 yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun lebih berdampak pada usaha yang dikelolanya.

Bahkan, pendapatannya pun turun drastis, yakni mencapai 50 persen. Dari semula Rp 20 juta per bulan, menjadi Rp 10 juta per bulannya.

Namun, dirinya tidak pernah putus asa. Berbagai upaya penjualan tetap dilakukan baik secara langsung atau melalui digital marketing. Yakni, melalui sarana media sosial baik Instagram di @Pinilih Craft  dan lainnya.

Titik terang untuk kembali bangkit perekonomian  dari sektor kerajinan tersebut  akan pulih di tahun ini,  setelah dari even  International Handicraft Trade Fair (Inacraf) bakal kembali digelar pada Oktober  2021 mendatang

Dan sebentar lagi, kerajinan dari kulit telur dan kayu bekas tersebut akan tembus di Kanada, Amerika Serikat. Dan, kini hanya menunggu  buyers ( pembeli)- nya.

“Seminggu lalu, produk saya ikut kurasi di Kedubes Kanada di Jakarta bersama beberapa produk milik teman lainnya untuk mewakili UMKM Provinsi Jateng. Dan, kini tinggal menunggu buyers –nya,” ujarnya. Yon