blank

SEMARANG (SUARABARU.ID)-Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) menggelar Webinar dengan judul “Mengelola Emosi  dalam pendampingan belajar  daring pada Anak“ Minggu (14/1/2021).

Webinar Kelompok 112 melalui Zoom Meeting tersebut bertujuan untuk menawarkan solusi permasalahan yang dialami masyarakat umum selama pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dalam  sambutannya, Wahyu Sekar selaku koordinator  kelompok  mengatakan topik  webinar berangkat  dari keresahan  ibu-ibu dalam mendampingi belajar  putra  putrinya  dirumah  selama  pandemi.

Rinawati S.S., M.Hum,  dosen Fakutas Kedokteran UNISSULA memberikan materi bertajuk “Peran strategis orang tua selama pembelajaran Jarak  Jauh”, mengajak peserta webinar untuk melakukan refleksi. Rina mengawali paparannya dengan menayangkan beberapa meme tentang PJJ yang sempat viral di media sosial.

Menurutnya meme tersebut merupakan sebuah kritik sosial yang menyoroti sebuah fenomena dimana orang tua seringkali sulit  mengendalikan  emosi dalam pendampingan belajar sehingga anak-anak tidak merasa nyaman.

Kemudian dia mengingatkan  kembali bahwa  tanggung  jawab pendidikan tidak  hanya  ada  pada  guru (sekolah)  tetapi juga  keluarga. “Pandemi ini menguji komitmen kita terutama keluarga untuk berperan dalam pendidikan” ujar dosen pembimbing lapangan KKNT tersebut.

Webinar ini juga menghadirkan pembicara utama Erni Agustina Setyowati, S. Psi., M.Psi, salah satu dosen Psikologi Fakultas Psikologi UNISSULA. Erni menekankan bahwa siapapun yang ada didekat anak, tidak hanya guru, ikut  bertanggung  jawab  terhadap pendidikan  dan  perkembangan anak.

Selama pandemi  ini jumlah kasus  kekerasan terhadap  anak meningkat “mencengangkan, terhitung  mulai dari 1 sampai  September  2020, kasus  kekerasasan  anak  yang mencapai  6000 an kasus, sebagian  besar akibat  kejengkelan  orangtua  mereka selama  mendampingi belajar  selama pandemi” tuturnya.

Dalam webinar ini beberapa sebab ekspresi negatif dan cara  mengatasinya dibahas  seara  tuntas. Menurut Erni ekspresi negatif disebabkan oleh adanya harapan orang tua yang kurang realistik, ketidakpahaman tentang sistem belajar online, kesulitan memahami materi, sekolah  anak, kesibukan yang  tidak dapat dihindari, dan  karakter  seseorang.

Kemudian dia  juga mengingatkan akan  dampak  buruk dari  ekspresi  negatif yaitu kelelahan mental dan  fisik  bagi  orang tua  dan mempengaruhi kondisi  psikologis  mental anak misalnya  anak menjadi  tidak  percaya  diri, sulit berkonsentrasi, malas  belajar.

Ada  beberapa beberapa  cara yang bisa  dilakukan  untuk mengelola  emosi yaitu menyesuaikan diri  dengan  keaadaan baru, membangun  komunikasi  yang  hangat  dan  terbuka (komunikasi  dengan  anak  yang empatik dan sinergi orang tua  dan  guru).

“Memotivasi  anak untuk  belajar dengan  cara  baru  dan  sama-sama  belajar, belajar  tidak hanya  materi pelajaran tetapi latih  juga  tanggung  jawab dan kemandirian , membangun  kebiasaan yang positif, Konsisten, dan  bila  emosi  sedang buruk menjauh  sebentar  dari anak” , katanya.

Erni menyebut bahwa emosi orang tua bisa tertransfer kepada  anak dimana Orang tua yang tidak mudah cemas, anak  anak  cenderung tidak mengalami gejala-gejala cemaso

Di akhir sesi, Erni membagikan teknik  untuk  mengatasi jika  emosi  dirasa memburuk dengan yaitu dengan melakukan teknik relaksasi  pernafasan dalam dengan menarik  nafas lewat  hidung  selam 2-4 detik, menahan  nafas selama 2-4 detik, menghembuskan selama 2-4 detik, kemudian  menahan kembali nafas  selama 2-4 detik dan  mengulangi  seperlunya. (Laporan : Rina /Fakultas Kedoteran Unissula)