KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Melambungnya harga cabai rawit merah dalam beberapa minggu terakhir,
menguntungkan para petani. Tidak hanya cabai rawi yang berkualitas baik saja yang laku di pasaran, melainkan juga cabai yang terserang penyakit patek juga laku dijual.
“Tidak hanya cabai yang berkualitas saja yang laku, cabai yang terkena penyakit patek juga laku dijual,” kata Su’ud, salah satu petani cabai di Dusun Dakawu, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Selasa (9/3).
Su’udi mengatakan, untuk cabai yang kena penyakit patek tersebut dibeli oleh pengepul dengan harga Rp 15.000 per kilogramnya. Sedangkan, cabai rawit yang berkualitas bagus harganya bisa mencapai Rp 75.000 per kilogramnya di tingkat petani.
Ia menambahkan, cabai yang terserang hama patek tersebut juga dibeli oleh para pengepul, dan selanjutnya dijual kembali ke para pedagang bakso atau mi ayam.
“Biasanya cabai rawit yang terkena patek tersebut hanya dicuci dan kemudian dibuat sambal oleh para pedagang bakso atau mi ayam. Itu dilakukan, karena saat ini harganya melambung tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan, di lahan tanah miliknya dengan luas sekitar 1000 meter persegi tersebut sekali panen bisa menghasilkan sebanyak 32 kilogram. Dan, sejak ditanam pada bulan Desember lalu, ia telah memetik 11 kali.
“Dari 11 kali memetik, saya bisa menjual dengan harga tertinggi Rp 85.000 per kilogram sekitar dua minggu lalu, saat memanen sebanyak 25 kilogram,” imbuhnya.
Su’udi menjelaskan, pada awal panen di bulan Februari lalu harga jualnya baru mencapai Rp 55.000 per kilogramnya, sedangkan saat ini hanya Rp 75.000 per kilogram.
Menurutnya, dengan melonjaknya harga cabai rawit di pasaran, sejumlah petani cabai yang ada di lereng Gunung Merbabu tersebut khawatir hasil pertaniannya dicuri orang. Untuk mengantisipasinya, para petani hampir setiap malam berjaga-jaga di sekitar lahan tanaman cabai tersebut.
“Tetapi, untuk masa panen tahun ini cukup aman. Tetapi, kami tetap ronda hampir tiap malam di lading,” ujarnya.
Yon