Ketua PWI menyerahkan bantuan secara simbolis kepada pengurus panti, Jumat (28/3/25). Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Pengurus PWI Kabupaten Magelang menyalurkan bantuan sembako kepada Panti Asuhan Omah Katresnan. Penyaluran bantuan bagi panti asuhan di Dusun Ngroto, Deyangan, Mertoyudan, itu dilakukan Jumat (28/3/25).

Ketua PWI, Nina Atmasari, sebelum menyerahkan bantuan tersebut mengatakan, tujuan kehadiran dia bersama tujuh anggota PWI itu untuk bersilaturahmi. “Kami mengunjungi panti ini untuk mengenal lebih dekat, sekaligus menyalurkan bantuan,” katanya.

Disebutkan, penyaluran paket sembako berupa beras, minyak, dan tepung terigu itu hasil kerja sama PWI dengan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM. “Kami mendapat bantuan sembako dan disalurkan ke panti asuhan ini,” katanya.

Dengan bantuan itu diharapkan bisa membantu penghuni panti. Semoga bisa bermanfaat bagi penghuni dan pengelola. “Anak-anak panti semoga bisa beraktivitas dengan baik, bersekolah dengan baik, bisa jadi anak yang bermanfaat bagi negara,” harapnya.

Ditambahkan, semoga panti asuhan itu bermanfaat bagi kaum yang membutuhkan dan lancar melaksanakan tugas pengabdiannya.

Sumber Kehidupan

Pengurus panti, Maryono, berterima kasih atas pemberian bantuan sembako tersebut. “Kami berterima kasih atas pemberiannya. Ini mata rantai sumber kehidupan bagi anak-anak panti. Semoga dicatat Allah,” katanya.

Sebaliknya dia mendoakan anggota PWI Kabupaten Magelang agar mendapat barokah, rezeki, kesehatan, panjang umur dan keselamatan di mana saja, dalam menjalankan tugas.

Disebutkan, pimpinan panti asuhan tersebut adalah Moh Habib warga Borobudur. Tapi pengurusan panti diserahkan kepada dia. Bahkan yang memegang uang belanja juga anak-anak panti. Jumlah pengurusnya ada empat orang, adapun penghuninya berusia 4,5 tahun, ada yang kelas II SMA.

Peralatan Dapur

Ketika ditanya apa saja kebutuhan mendesak panti, menurut dia saat sekarang yang dibutuhkan adalah lemari dan peralatan dapur. Panti yang berdiri tahun 2012 itu dihuni 10 anak laki-laki, enam perempuan dan ada dua laki-laki warga setempat. Selain warga Kabupaten Magelang, ada pula penghuni panti asal Temanggung dan Bantul.

Penghuni panti tersebut rata-rata disebabkan kondisi ekonomi. Ada juga yang orang tuanya sakit. “Status mereka rata-rata seperti yatim piatu,” jelasnya.

Semua kebutuhan anak ditanggung panti, termasuk menjelang Lebaran. Mereka mau pulang ke rumah masing-masing juga disangoni (diberi uang saku).

Biaya operasional di panti tersebut sekitar Rp 7 juta/bulan. Belum termasuk untuk biaya sekolah. Selama ini ada donatur rutin dari seorang dokter, sebesar Rp 700 ribu/bulan.

Eko Priyono