MAGELANG (SUARABARU.ID) – Wayang biasanya terbuat dari kulit lembu (sapi) yang kemudian dinamakan wayang kulit. Ada juga wayang yang terbuat dari kertas karton, rumput, dan lainnnya.
Namun, wayang yang dibuat oleh Sujono (50) seorang seniman asal lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang lain daripada lainnya. Yakni terbuat dari galvalum (baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis) yang sering digunakan untuk atap rumah, dan lainnya.
Selama hampir tiga bulan ini, Sujono yang juga Pimpinan Sanggar Seni “Saujana” Dusun Keron tersebut membuat 100 tokoh wayang dari epos Mahabharata dan satu buah gunungan berbahan dasar galvalum.
Salah satu alasan penggunaan galvalum tersebut, agar tahan dari hujan dan panas. Meskipun wayang -wayang tersebut dipasang di ruangan terbuka bebas seperti lapangan dan lainnya.
Sujono mengatakan, ide pembuatan wayang galvalum tersebut datang, ketika Muhammad Khoirul Sholeh, warga Dusun Kebon Kliwon, Desa Kebon Rejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang memintanya untuk membuatkan wayang yang akan dipasang sebagai hiasan luar objek wisata edukasi di desanya.
“Beberapa waktu lalu, saya dihubungi oleh mas Irul Kebon Kliwon yang meminta agar objek wisata yang dirintisnya bernuansa budaya. Dan, saya langsung punya ide membuat wayang yang awet tahan air dan panas, yakni terbuat dari galvalum,” ujar pria yang akrab disapa Jono Keron ini.
Setelah ide tersebut disetujui, maka dirinya langsung membuat wayang tersebut sejak November 2020 kemarin. Dan untuk proses pembuatannya tersebut, dirinya dibantu oleh istrinya Rubiyati (45) dan kedua anak laki-lakinya, yakni Gading Indra (21) dan Bondan Pratoto (13).
Tidak Rumit
Menurutnya, dalam proses pembuatan wayang galvalum tidak serumit dengan pembuatan wayang dari kulit maupun karton. Karena, untuk wayang galvalum ini, tidak sampai detail sunggingan (perwarnaan) nya seperti wayang kulit biasanya.
“ Kalau wayang galvalum ini, warnanya hanya abu-abu saja. Dan untuk detailnya hanya warna hitam di beberapa bagian saja,” ujarnya.
Menurutnya, untuk proses mewarnai tubuh wayang tersebut menggunakan cat epoxy (cat dasar yang biasa digunakan untuk cat dasar mobil). Sedangkan, untuk beberapa detil tubuh dari tokoh wayang tersebut ia menggunakan cat warna hitam.
Untuk membuat 100 tokoh wayang dan satu buah gunungan tersebut, ia memerlukan sekitar 125 meter galvalum dengan ketebalan 0,3 milimeter. Selain itu juga menggunakan sebanyak 50 batang besi cor beton untuk dijadikan rangka wayang-wayang tersebut.
Agar bentuk dan karakter wayang buatannya tersebut mirip dengan tokoh-tokoh wayang kulit seperti biasanya, ia juga belajar dan meminta masukan dari kakaknya Ki Hadi Suroto yang juga dikenal sebagai seorang dalang wayang kulit.
Dari 100 tokoh wayang yang dibuatnya tersebut terdiri dari beberapa karakter dan bentuk wayang yang ada dalam epos Mahabharata itu,
Gunungan
Jono menjelaskan, 100 wayang dan satu buah gunungan yang dibuatkan tersebut mempunyai ukuran variatif dan lebih besar daripada ukuran wayang kulit sebenarnya.
“Dan yang besar adalah karakter buta (raksasa) dengan tinggi 200 cm x 90 cm. Paling kecil 50 cm. Sedangkan, untuk ukuran gunungan ketinggiannya mencapai 150 cm,” imbuhnya.
Ia mengaku, dari 101 wayang galvalum yang dibuatnya tersebut yang paling sulit yakni gunungan.
Menurutnya, gunungan yang mempunyai tinggi 1,5 meter tersebut tingkat kesulitannya berupa mengukir relung-relungnya. Karena, di dalam bentuk gunungan tersebut juga mempunyai cerita dari objek wisata edukasi Dusun Krandan.
“Di dalam gunungan itu terdapat ukiran yang menceritakan tentang Dusun Krandan yang digambarkan seorang janda (asal usul Dusun Krandan, yakni randha/janda). Kemudian ada ukiran ciblon (pemandian) dan lainnya,” jelasnya.
Dalam pengerjaan wayang galvalum tersebut dirinya tidak menemui kendala yang berarti. Karena, bahan baku galvalum tersebut mudah didapat dari beberapa toko material di Kecamatan Muntilan maupun di Kota Magelang.
Bahkan, ketika saat ini sedang mengerjakan 100 tokoh wayang berbahan dasar galvalum, ia juga sudah mendapatkan pesanan khusus dari sebuah perusahaan galvalum dari Surabaya .
Perusahan galvalum tersebut, telah memintanya untuk dibuatkan seni instalasi serta bentuk-bentuk lain yang mempunyai ciri khas Surabaya dan nantinya akan dipasang di sebuah taman di wilayah itu.
Widiyas Cahyono-wied