blank
Seorang guru SMP Kanisius Kudus melakukan pantomim saat berinteraksi dengan wali murid yang datang ke sekolah. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Bagaimana mengatasi rasa jenuh di masa pandemi Covid 19 ketika siswa harus belajar via daring?.  Jawabnya adalah mengolah seni budaya antara lain melalui pentas pantomin.

Ya, itulah yang dilakukan guru SMP Kanisius Kudus untuk melawan kejenuhan pembelajaran daring yang  hingga kini masih terus berlangsung di wilayah Kudus.

Pantomim Anti-Corona ini merupakan inovasi protokol kesehatan yang dilakukan saat orang tua atau siswa datang ke sekolah untuk mengambil modul dan mengembalikan tugas selama pembelajaran daring sepekan.

Pentas pantomim yang dilakukan para guru saat berinteraksi dengan orang tua atau siswa yang datang ke sekolah tersebut sengaja dilakukan untuk meminimalkan dialog. Tanpa ada yang berbicara saat mereka berinteraksi, diharapkan ikut  menekan potensi penularan Corona.

Para guru dengan make up ala pantomim hanya melakukan gerakan-gerakan khas pantomim saat memberikan pengertian ke wali murid atau siswa yang datang.

Aksi para guru tersebut tak ayal mendapat sambutan positif dari para wali murid yang datang. Terkadang, para orang tua sampai tertawa ketika melihat gerakan-gerakan pantomim yang dilakukan para guru tersebut.

Apalagi, saat para orang tua juga harus memeragakan bahasa isyarat untuk menyampaikan sesuatu hal kepada para guru. Dan di sinilah kelucuan sering muncul dan membuat para orang tua harus menahan tawa.

“Dalam interaksi saat pengambilan modul dan penyerahan tugas, semuanya memang harus dilakukan dengan bahasa isyarat, tanpa boleh mengeluarkan kata-kata,”kata Kepala SMP Kanisius Kudus, AH Triwidiastuti melalui pengampu seni budaya Achmad Ferdiansyah.

Pembelajaran Seni

Lebih lanjut, kata Farid, pentas pantomim ini memang merupakan salah satu materi drama dan metode olah tata rias dalam kegiatan ekstrakulikuler seni di SMP Kanisius.

Menurutnya, dalam pelajaran tersebut banyak anak tanya terkait materi pantomin. “Akhirnya Kami tantang anak-anak berpantomin. Namun belum ada yang berani. Nah kami guru mencoba berpantomin di depan orang tua dan anak. Semoga kelak ada siswa datang ke sekolah mengambil modus sambil berpantomin,” katanya.

Menurut Farid, selain praktik materi drama, kegiatan pantomim ini juga sejalan dengan program pemerintah terkait penerapan protokol kesehatan saat interaksi di sekolah. Dengan berpantomim, para guru dan wali murid yang datang tidak terlibat sama sekali dalam percakapan sehingga meminimalkan percikan droplet yang menjadi salah satu sarana penularan Covid-19.

“Kalau nggak ada yang berbicara, tentu potensi penularan Covid-19 bisa lebih diminimalisir,”ujarnya.

Tm-Ab