Oleh : Th. Dewi Setyorini
Kehidupan setelah pandemi tak akan lagi sama dibanding sebelumnya. Hal ini dapat kta lihat dari begitu banyaknya perusahaan yang terpaksa harus gulung tikar karena tak lagi mampu menghadapi badai pandemi yang tanpa ampun menerjang.
Begitu banyak orang yang tergusur dari kemapanannya bekerja dan harus memulai segalanya kembali dari nol untuk menata kehidupan dalam situasi tanpa kepastian. Ini adalah fakta yang tak dapat kita pungkiri.
Hidup terasa lebih banyak memberikan tantangan yang mungkin tak semua orang mampu menyikapinya dengan positif terlebih kita tak akan pernah siap untuk sebuah situasi yang baru sama sekali.
Perguliran hidup orang tak akan pernah tahu, kadang di atas kadang di bawah. Karena tidak ada yang mampu membuat prediksi secara tepat, maka kemapanan menjadi keniscayaan yang dicari oleh setiap orang.
Terlebih orang mengalami kesulitan untuk mengenali seberapa banyak resources yang dimilikinya. Seringkali orang tak yakin bahwa sebenarnya setiap orang memiliki kemampuan yang jauh melebihi ekspektasinya. Selalu ada black hole dalam diri orang yang merupakan lubang hitam yang masih menjadi misteri.
Black hole ini sebenarnya menyimpan potensi diri yang masih harus dikenali, dimunculkan, dan diuji. Kadang, orang memiliki ketakutan untuk melihat sisi dirinya karena seperti membuka kotak pandora yang tak pernahdiduga apa isinya.
Di antara berbagai isi didalamnya yang berupa kesulitan, tantangan, atau kesedihan ada sebuah harapan yang pastinya akan digenggam dan memberikan sebuah sinar dalam gelap.
Zona nyaman adalah zona kemapanan yang membuat orang enggan untuk memberdayakan dirinya karena merasa bahwa apa yang diperolehnya saat ini sudah mencukupi dari apa yang dibutuhkannya.
Ketertarikan untuk mengeksplorasi segala yang ditawarkan dalam hidupnya tak diliriknya karena terbayang banyaknya effort dan kesulitan yang bisa jadi akan dihadapinya.
Libasan badainya kadang terjadi tanpa ampun. Maka bisa dipahami bahwa banyak dari kita yang enggan untuk menantang diri dan menaikkan adrenalinnya untuk menyelami bahwa dunia ini menawarkan beragam kesempatan yang masih dapat dikaji dan didalaminya tanpa batas.
Musuh Terbesar Manusia
Kemapanan adalah musuh terbesar manusia. Saat orang merasa mapan, sebenarnya saat itu ia mulai berada di titik berhenti. Padahal perguliran hidup tak pernah mengenal arti kata berhenti.
Selama jwa masih menyatu dengan raga, maka sebenarnya manusia ditantang untuk menyelami kehidupan dan mengeksplorasi diri yang terkadang dalam batas yang tak pernah tebayangkan sebelumnya.
Orang sering kali melihat kesulitan sebagai momok di depan mata yang menutupi sinar nun jauh disana. Kesulitan inilah yang membuat mental block yang tak mudah untuk dikikis begitu saja.
Perlu perjuangan dan keberanian untuk menghilangkan mental block itu dan menghadapi sebuah kenyataan yang sesungguhnya menyimpan begitu banyak jawaban.
Zona kenyamanan ini menghinggapi kita dan kadang tak pernah sungguh kita sadari. Perlahan namun pasti ia meredupkan ellan vitae atau semangat kita dan saat itu datang, kita menyadari bahwa kita sudah berada di ujung senja.
Energi telah mulai pudar hingga untuk sekedar melangkah pun terasa berat. Saat itulah secara perlahan kita tergerus oleh waktu tanpa mampu berkelit atau menghindar. Penyesalan pun datang terlambat terlebih masih ada banyak hal yang mungkin belum sempat kita eksplorasi dengan dahaga jiwa muda yang penuh dengan vitalitas.
Kemapanan terjadi di semua aspek kehidupan. Di kantor atau di rumah. Tandanya jelas, yaitu saat orang merasa enggan untuk belajar, memulai hal baru, merasa takut menghadapi kesulitan, sudah merasa nyaman dengan keadaan yang ada, kecemasan untuk membuka jendela pengalaman yang baru, dan terus menerus menjalankan rutinitas seperti sebuah kebiasaan yang sulit untuk dienyahkan.
Dalam batas yang lebih lengkap, adanya perasan cukup terhadap apa yang ada atau yang kita miliki. Perasaan cukup inilah yang membuat diri dihinggapi keberhasilan semu. Pada saat itulah, kita sudah masuk dalam zona nyaman atau kemapanan itu sendiri.
Mendobrak Zona Nyaman
Tak mudah memunculkan keberanian untuk mendobrak zona nyaman. Perlu keberanian ekstra dan effort ekstra pula. Bagaimana caranya memunculkan keberanian itu? Pertama, milikilah alasan yang cukup masuk akal yang dapat memunculkan motivasi.
Niat untuk belajar, menganalisis, sekaligus melakukan eksekusi. Terkadang orang lebih suka berwacana dan berangan-angan seolah ia sudah melakukannya.
Wacana saja tidak cukup namun yang terpenting adalah mencoba. Coba dan gagal adalah hal biasa dalam proses pembelajaran hidup. Jika tak pernah mencoba dan tak pernah gagal, maka kita tak akan pernah mampu mengukur kekuatan yang kita miliki.
Kedua, tetapkan strategi. Strategi bukanlah kata yang sulit dan tak sulit pula untuk dilakukan. Ukur batas kemampuan diri dan berbagai kemungkinannya. Putuskan yang paling masuk akal dengan resiko terkecil.
Ketiga, jangan pernah abaikan support system, yaitu siapapun orang yang dekat dengan kita, bisa keluarga, rekan kerja, atau sahabat. Support system inilah yang akan menjadi penopang sekaligus bisa menjadi semangat untuk tak lelah mencoba. Keempat, berikan apresiasi pada diri sekecil apapun langkah yang sudah kita lalui.
Baca Juga: Aku dan Sosmed: Pinter atau Keblinger
Terkadang kita terlalu pelit untuk memberikan penghargaan untuk diri sendiri karena merasa belum mendapatkan keberhasilan. Dalam banyak hal, kita sering menetapkan target kuantitas sebagai standar absolut sebuah keberhasilan.
Kita lupa bahwa justru proseslah yang akan menjadi sebuah portofolio diri untuk mengukur seberapa jauh kita sudah melangkah. Yang tak dapat kita abaikan adalah jangan pernah merasa lelah berusaha dan jangan pernah berhenti. Akan selalu ada hasil di antara berbagai upaya yang ada. Itulah kenikmatan mendobrak zona kenyamanan.
Menikmatinya sebagai bagian dari proses hidup yang mendewasakan dan mempertumbuh diri akan membuat kita merasa hidup ini telah terisi dengan penuh makna.
Pada akhirnya, mengisi hidup dengan hal-hal yang bermakna akan memberikan pertumbuhan diri yang positif.
Terus memperlebar ruang untuk bertumbuh dan belajar akan membangun sikap mental yang tangguh dan siap mendobrak kemapanan yang akan membuat kita obsolete (usang).