PACITAN (SUARABARU.ID) – Di musim kemarau puncak sekarang ini, sekitar 80 persen warga Dusun Semburan, Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jatim, dilanda kesulitan mendapatkan air bersih. Baik air bersih untuk kehidupan warga sehari-harinya, maupun air untuk pemenuhan minum ternak piaraannya.
Tim Humas Pemkab Pacitan, Rizky, Luky dan Arif, Kamis (8/10), mengabarkan, kekeringan masih menjadi persoalan serius bagi sebagian wilayah di Kabupaten Pacitan. Di kala musim kemarau seperti sekarang ini, tidak sedikit masyarakat yang tinggal di wilayah zona kritis, harus berjuang keras demi mendapatkan seteguk air bersih.
Seperti yang dialami oleh warga Dusun Semburan, Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan misalnya. Dusun yang dihuni sebanyak 271 kepala keluarga (KK) tersebut, termasuk salah satu daerah langganan kekeringan. Terlebih, jika memasuki puncak kemarau sejak Bulan Juli lalu, dan baru akan berakhir ketika datang musim penghujan nanti.
Dusun Tetangga
”Penduduk Dusun Semburan, jumlahnya sebanyak 1.011 jiwa dan 80 persennya terdampak kekeringan,” terang Kepala Desa (Kades) Ploso, Nardi Hariyanto. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di musim kemarau, warga Dusun Semburan terpaksa mencari dari sumber air di dusun tetangga. Itu pun harus menempuh perjalanan jarak kurang lebih sejauh 5 Kilometer (KM).
Kondisi ini mengundang keprihatinan Bupati Pacitan, Indartato. Bupati yang hampir menyelesaikan kepemimpinan di periode kedua ini, menyempat diri mengunjungi Desa Ploso, untuk bertemu langsung dengan warga. Dalam kunjungannya itu, Bupati juga memberikan bantuan air bersih dan bantuan beras cadangan pangan, yang diberikan kepada warga di 5 dusun di Desa Ploso.
”Untuk masalah air bersih, pemerintah akan menurunkan tim untuk melakukan survai tentang keberadaan potensi sumber air,” ungkap Bupati Pacitan, Indartato. Bila ada potensi sumber air, nantinya akan dieksploitasi untuk pemenuhan kebutuhan warga.
Bupati berharap, tim survai nantinya dapat menemukan titik-titik sumber air yang mampu untuk memenuhi kebutuhan warga secara mandiri. Sehingga saat kemarau datang pun, warga tidak lagi bersusah payah mencari air ke tempat jauh, atau mengandalkan droping bantuan air bersih lagi.
Bambang Pur