blank

Oleh : Hadi Priyanto

Ada yang menarik membaca dan mencermati  angka penyebaran covid-19 di Jepara dalam kurun waktu sebulan terakhir. Angka penyebaran wabah yang   tiba-tiba   menurun, dan landai bisa saja menjadi pertanyaan.

Sebab parameter untuk menilai dan mengukur  apakah pandemi ini berhasil dikendalikan atau belum, masih saja  menunjukan angka yang cukup tinggi. Parameter yang digunakan secara internasional  itu antara lain positif rate, fatality rate dan reproduksi number.

Sebagai salah satu daerah transmisi lokal yang cukup lama berada di zona merah dan pernah disebut Gubernur Jateng sebagai daerah tertinggi angka reproduksi numbernya, pemeriksaan PCR terhadap 5.211 orang sampai tanggal  4 September lalu, ternyata belum mampu menurunkan angka positif rate mendekati angka ideal yang ditetapkan WHO sebesar 5 persen.

Sebab angka positif rate Jepara masih pada   angka 26,57 persen.  Apalagi angka kematian terus beranjak naik hingga 8,50 persen. Sementara angka reproduksi number terakhir masih diatas angka 1.

Karena itu, langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan memberikan target pengambilan dan pemeriksaan sampel Virus Transport Media (VTM) untuk pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 35 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah, termasuk Jepara sangat tepat. Sebab cara itu merupakan salah satu metode    pencegahan dan penanggulangan penyebaran covid-19.

Target pemeriksaan tersebut dilaksanakan minimal 1/ 1000 penduduk dalam waktu selama 1 minggu secara terstruktur, sistematis dan masif. Sedangkan pelaksanaannya dimulai 31 Agustus 2020 – 6 September 2020 yang disebut minggu ke 36. Sebelumnya juga dilakukan pemeriksaan yang sama untuk minggu ke 35 dari  tanggal 24 -30 Agustus 2020.

Karena Jepara memiliki jumlah penduduk 1.275.182 jiwa, maka target pemeriksaan PCR mingguan sebanyak 1.275 orang atau sehari sebanyak  182 orang.

Sedangkan untuk tingkat Jawa Tengah terget pemeriksaan PCR adalah 34.944 orang. Pemeriksaan ini  juga untuk mengukur dan membuktikan  apakah epedemi suatu daerah bisa dikendalikan atau tidak. Bukan dihitung dari  kasus yang ditemukan  pandemi bulan Maret lalu.

Namun dalam dua periode pemeriksaan PCR  Tingkat Jawa Tengah, Jepara menempati rangking rendah. Pada minggu ke 35, Jepara diurutan terakhir atau ranking ke 35  dengan realisasi pemeriksaan 81 orang atau 6 persen. Sedangkan rata-rata pemeriksaan Tingkat Jawa Tengah 34 persen.

Sementara pada minggu ke 35, Jepara  dan Pemalang pada  rangking ke 34  diatas  Banjarnegara yang menempati rangking ke 35. Kali ini realisasi pemeriksaan Jepara hanya 73 orang atau 6 persen. Sementara rata-rata Provinsi Jawa Tengah 32 persen.

Memang untuk  mencapai target yang ditentukan perlu ditingkatkan  pelaksanaan tracing atau kontak erat   secara terstruktur, sistematis dan masif untuk mencegah penularan covid-19. Sedangkan prioritas pengambilan sampel pada  diagnosa awal kasus.

Namun nampaknya    pelaksanaan tracing atau kontak erat   secara terstruktur, sistematis dan masif dalam pencapaian target pemeriksaan PCR di Jepara belum maksimal, dan kurang padu. Sehingga hasil pemeriksaaan minggu ke 35 dan 36  yang besarannya hanya 6 % tidak dapat  menggambarkan apakah penyebaran wabah covid-19  di daerah ini telah dapat dikendalikan atau belum.

Sebab dalam kriteria epidemologi, untuk mengetahui penurunan penularan covid 19 mengharuskan sebuah daerah untuk memperbanyak pemeriksaan Real Time- PCR dengan prioritas pemeriksaan  pada kasus suspek.

Inipun dengan syarat surveilans berjalan optimal dengan target pemeriksaan 1/1000 penduduk per-minggu. Target itu setidaknya bisa didekati pencapaiannya, sebab RSUD RA Kartini telah memeliki laboratorium PCR dengan kapasitas pengujian sampel 280 per hari.

Sementara  dari tanggal 10 – 31 Agustus 2020, pelaksanaan tracing atau kontak erat dengan pasien terkonfirmasi tidak dilakukan. Sebab menurut keterangan laboratorium rujukan yang digunakan Jepara overload . Akibatnya, jumlah orang yang diumumkan terkonfirmasi covid-19 hanya 150 orang. Mereka adalah pasien yang dirawat diberbagai fasilitas kesehatan yang kemudian diketemukan terpapar covid-19.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Pencapaian Target Pemeriksaan PCR di Jepara Rendah

Terhadap temuan ini juga tidak dilakukan pelacakan kontak erat dan pemeriksaan  PCR. Padahal untuk dapat mengetahui apakah temuan tersebut dapat dikendalikan atau tidak perlu dilakukan tracing swab 10 X jumlah kasus.

Akibatnya, sejak awal Agustus hingga September ini terjadi penurunan signifikan angka warga Jepara yang terkonfirmasi covid-19. Sebab memang tidak dilakukan tracing atau pelacakan kontak erat. Apalagi swab dan pemeriksaan PCR. Dampaknya, angka penyebaran covid-19 di Jepara nampak telah turun dan landai.

Sementara angka kematian kasus probable dan terkonfirmasi covid -19  terus meningkat. Jika pada tanggal 20 Agustus lalu angka kematian  tercatat  7,33 persen, pada tanggal 6 September malam telah mencapai 8,50 persen. Sebelumnya pada tanggal 23 Agustus 7,39 persen, dan angka kematian  2 September 8,41 persen.

Jepara sebenarnya memiliki sumber daya yang cukup dibandingkan dengan daerah lain. Pengambilan spesimen swab untuk pemeriksaan PCR yang harusnya dilakukan oleh dokter spesialis, kini ketrampilan itu telah dimiliki oleh sebagian besar dokter diberbagai fasilitas kesehatan. Juga adanya  laboratorium PCR di RSUD RA Kartini dengan kapasitas pemeriksaan sampel 280 orang per-hari.

Kini yang perlu dilakukan adalah komitmen membangun  pola pikir, pola sikap dan pola tindak bersama secara benar  agar terpelihara soliditas dalam penanganan penyebaran covid-19. Bukan hanya terpukau pada angka-angka semu sarat kepentingan yang bisa saja sangat menyesatkan. Sebab bisa saja angka-angka itu justru bagaikan fenomena gunung es. Nampak kecil di permukaan, tetapi sangat besar didasarnya.

Penulis adalah Wartawan SUARABARU.ID di Jepara