JEPARA(SUARABARU.ID) – Ditengah pandemi global medsos justru dibanjari berita bohong atau hoaks, fitnah dan ujaran kebencian diberbagai platform, baik fb, twitter, youtube, whatshApp maupun instagram. Kondisi ini tentu saja sangat merisaukan, karena kemudian masyarakat dibuat bingung.
Hal tersebut disampaikan pegiat budaya Jepara, Hadi Priyanto pada acara Jagong Budaya dengan tema “Budaya Menulis Dalam Menghadapi Simpang Siur Berita Hoax Covid 19. Acara yang disiarkan live streaming melalui Live Youtube 195 Chanel ini diselenggarakan oleh Tim KKN IK DR 195 Institut Agama Islam Negeri Kudus, hari Minggu ( 30/8). Acara yang dipandu oleh Indri Tri Rizki ini didukung oleh SUARABARU.ID, dan MURIANEWS,
Menurut Hadi Priyanto, berita hoax akan selalu ada sebab lemahnya literasi ditengah-tengah masyarakat, sikap suka sensasi dan sok tau dari sebagian masyarakat. Juga berita hoak ada yang diprodiksi dan disebarkan oleh kelompok yang tidak suka dengan pemerintah, akses informasi yang tersumbat dan tidak terdesiminasinya pesan dengan baik, keterlambatan merespon, penegakan hukum dan lemahnya komitmen operator seluler.
“Ini diperparah dengan kondisi masyarakat yang sangat tertekan karena pandemi berkepanjangan serta dampak pembatasan kegiatan masyarakat dengan protokol kesehatan yang tidak disadari manfaatnya sering kali justru menimbulkan perlawanan dengan menyebarkan hoaks” ujar Hadi Priyanto.
Ia juga menjelaskan sejumlah tips agar dapat mengurangi penyebaran hoaks. Pertama, pikirkan apa manfaat dan kerugiannya jika ia menulis atau membagikan sebuah berita. Kedua, periksa apakah berita tersebut berasal dari sumber resmi yang terpercaya atau tidak. Ketiga, jangan mudah percaya pada informasi yang berasal dari mulut ke mulut.
Sedangkan keempat, berprinsiplah lebih baik diam dari pada menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. “Namun jangan jangan ragu sebarkan berita jika benar-benar jelas, baik dan berasal dari sumber terpercaya,” terang Hadi Priyanto
Menulis melawan hoaks
Menurut Hadi Priyanto, di masa sekarang, menulis bisa menjadi cara yang baik untuk melawan penyebaran hoaks. “Lawan dari tulisan yang baik, benar, dan indah, adalah tulisan atau kabar hoax, yaitu tulisan atau kabar atau berita yang tidak baik, dan tidak benar,” ujar Hadi Priyanto. Karena itu seorang penulis harus suka membaca dan mencari informasi yang benar sebanyak-banyaknya.
Oleh sebab itu budaya menulis yang harus dikembangkan ditengah pandemi ini adalah tulisan yang mengedepankan obyektivitas, optimisme, kritis, serta menulis berbasis budaya seperti menulis kekayaan dan khazanah budaya atau tradisi yang ada dalam rangka menghadapi virus atau wabah: bisa dari aspek tradisi doa, jamu atau kuliner dan bahkan kearifan lokal ajaran leluhur.
Hal lain yang menurut Hadi Priyanto baik dilakukan adalah kecapatan dari pemangku kepentingan seperti Satuan Tugas dan pemerintah kabupatenn untuk cepat memberikan respon terhadap kabar hoaks. ” Jika dibiarkan, berita bohong itu dianggap sebagai suatu berita yang benar,” tambah Hadi Priyanto.
Rds – Ua