blank
Pengasuh Mushala At Thohiriyah Desa Kawedusan RT 04/1, Kebumen, KH Najib memimpin tahlil dan menyampaikan hikmah sejarah kemerdekaan RI.(Foto:SB/Komper Wardopo)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Banyak cara dilakukan masyarakat mensyukuri peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-75. Warga RT 04 RW 01 Desa Kawedusan, Kebumen, menyambut HUT Kemerdekaan 2020 dengan membaca doa tahlil dan memotong  tumpeng.

Tahlilan digelar di Mushala At Thohiriyah, dipimpin oleh KH Drs Najib SH, Minggu malam (16/8) sehabis Salat Isya. Sebelumnya warga satu RT suami istri dan jamaah mushala menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan lagu mars Hari Merdeka. Dilanjutkan membaca Tahlil dan diteruskan potong tumpeng.

Pemotongan tumpeng dilakukan oleh tokoh masyarakat H Romelan SAg, diserahkan kepada Ketua RT 04 RW 01 Desa Kawedusan, Kebumen, Munawir. Penyerahan tumpeng selain sebagai bentuk syukur juga simbol alih generasi.

blank
Tokoh masyarakat H Romelan memotong tumpeng dan menyerahkan kepada Ketua RT 04/01 Desa Kawedusan, Kebumen Munawir.(Foto;SB/Ist)

Ketua RT 04 RW 01 Desa Kawedusan Munawir menuturkan, tasyakuran menyambut Peringatan Hari Kemerdekaan 2020 itu berbeda dari biasanya. Mengingat, masih ada pandemi Covid-19 sehingga dalam suasana prihatin dan lebih sederhana. Namun tidak mengurangi khidmat dengan doa tahlil dan syukur.

Pengasuh Mushala At Thohiriyah Najib juga menyampaikan hikmah peringatan HUT Kemerdekan RI ke-75 dan sejarah perjuangan bangsa. Menurut Najib, Bangsa Indonesia patut ber syukur setiap memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Sebab selama sekitar 3,5 Abad pernah dijajah bangsa asing, mulai Spanyol, Portugis, Belanda, hingga Jepang.

Berkat andil para pejuanag dan pahlawan bangsa, akhirnya pada 17 Agustus 1946 diproklamirkan  Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Namun baru beberapa tahun merdeka, telah disusul peristiwa pemberontakan di beberapa daerah dan agresi militer Belanda.

blank
Warga RT 04 RW 01 Desa Kawedusan, Kebumen, menghadiri malam syukuran menyambut HUT Kemerdekaan 2020 di Mushala At Thohiriyah.(Foto:SB/Ist)

Setelah masa Orde Lama, tahun 1966 lahir Orde Baru selama 32 tahun dengan hasil pembangunan nasional. Pada 1998 lahir Ore Reformasi yang memberi penguatan kepada hak azasi manusia (HAM) dan era demokrasi.
“Belajar dari sejarah perjuangan bangsa, meskipun saat ini sedang ada pandemi Covid -19, mari kita tetap bersemangat dan pantang menyerah disertai doa. Kita patuhi protokol kesehatan dan kita tetap harus melanjutkan perjuangan dengan mengisi kemerdekaan ini,”ujar Najib.

Malam syukuran tersebut ditutup dengan makan tumpeng bersama. Selama acara warga tetap mematuhi  protokol kesehatan dengan mengenakan masker dan tidak ada jabat tangan.

Komper Wardopo