SUKOHARJO (SUARABARU.ID) – Guru Besar di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bertambah jumlahnya menjadi 30 orang. Menyusul pengukuhan Prof. Taufik, S.Psi., M.Psi., Ph.D. sebagai guru besar bidang ilmu Psikologi Umum.
Pengukuhan Guru Besar yang berlangsung dalam Sidang Terbuka Senat UMS secara luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan) dipimpin Rektor Prof Dr Sofyan Anif MSi di Auditorium Moh. Djazman kampus setempat di Pabelan Kartasura, Sukoharrjo, Kamis (13/08)
Prof. Taufik, S.Psi., M.Psi., Ph.D.dalam pidato pengukuhannya menyatakan, pada dasarnya ilmu psikologi tidak mengenal konsep akhlaqul karimah. Ilmu psikologi lebih mengenal konsep moralitas (morality).
Secara fundamental akhlaq dan moralitas berbeda. Karena moralitas berdasar riset para tokoh semata, sementara akhlaq didasari ilmu agama. Konsep akhlaqul karimah sebagaimana dijelaskan dapat menjadi pelajaran tentang pentingnya bersikap tawazun dalam segala kehidupan.
Apabila telah memiliki dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari maka tugas selanjutnya adalah menjaganya.
Namun apabila belum bisa konsisten dengan keseimbangan tersebut, sebagaimana pesan Al Ghazali kita harus melakukan riyadlah . Yaitu melakukan latihan-latihan sehingga akhlaqul karimah melekat dalam jiwa kita.
Peningkatan kualitas diri menjadi titik awal bagi peningkatan kualitas keluarga, dan masyarakat. ”Tidaklah mungkin kita bisa meningkatkan kualitas keluarga manakala diri kita tidak berkualitas. Dan tidaklah mungkin kita bisa meningkatkan kualitas masyarakat manakala diri dan keluarga kita tidak berkualitas. Konsep akhlaq Karimah adalah konsep keseimbangan tidak terlalu ke kanan dan ke kiri,” jelas Prof. Taufik, S.Psi., M.Psi., Ph.D dalam pidato pengukuhan bertajuk Psikologi Akhlaqul Karimah untuk Peningkatan Kualitas Diri, Keluarga dan Masyarakat.
Sementara itu Rektor UMS Prof Dr Sofyan Anif MSi dalam sambutannya menandaskan, judul pidato pengukuhan sangat sesuai dengan kondisi saat ini dikala negara kita sedang menghadapi berbagai persoalan bangsa, kebangsaan termasuk terkait dekadensi moral.
Terkait dengan menurunnya jatidiri, pribadi keluarga Indonesia sejatinya memiliki nilai luhur yang selalu dikembangkan dalam kehidupan. Bahkan negara lain menjadi tertarik dengan kepribadian bangsa kita.
“Ketika bangsa kita dihadapkan dengan berbagai persoalan, pada saat sama juga memiliki visi besar. Yakni pada tahun 2045 bersamaan peringatan ke 100 ulang tahun kemerdekaan RI, diharapkan bangsa Indonesia menjadi salah satu diantara delapan negara maju di dunia dengan indikator pertumbuhan ekonomi“, tandasnya.
Bagus Adji-trs