blank
Pak Budi, seorang tukang becak Malioboro yang menjunjung profesionalitas. Foto: YS/wiradesa

YOGYAKARTA (SUARABARU.ID) – Seorang tukang becak di Malioboro Yogyakarta diberi uang tidak mau kalau pemberi uang itu tidak naik becaknya. Meski sangat membutuhkan, dia tidak mau mendapatkan uang tanpa keluar keringat.

Pak Budi, seorang tukang becak yang mangkal di depan Toko Danarhadi menunjukkan sikap kerja yang profesional. Dia tidak mau diberi uang oleh seorang wisatawan, saat orang tersebut tidak menggunakan jasanya.

“Jangan, jangan, tidak usah Pak. Jika Bapak tidak mau naik becak saya, tidak perlu memberi uang Pak,” ujar Pak Budi, tukang becak yang mengaku tinggal di Kemetiran, Yogyakarta.

blank
Pak Budi tukang becak Malioboro sedang berbincang dengan calon penumpang. Foto: YS/wiradesa.co

Awalnya tukang becak ini menawari seorang pengunjung Malioboro. “Naik becak Pak. Hanya Rp10.000, kami antar ke sentra bakpia Patuk, pusat penjualan kaos Dagadu, dan Kraton Yogyakarta. Nanti kembali lagi ke sini,” kata Pak Budi, menawarkan jasanya.

Namun wisatawan itu menolak tawaran tukang becak. Setelah berbincang beberapa saat, lantas wisatawan itu menyodorkan uang Rp10.000 kepada Pak Budi. Tukang becak ini dengan halus menolaknya.

Pak Budi mengemukakan, setiap mengantarkan tamunya ke tempat penjualan bakpia atau penjualan kaos dan berbelanja, dia mendapatkan kupon dari pemilik toko. Setiap 10 kupon akan diganti satu paket sembako berisi beras, minyak, dan kebutuhan hidup sehari-hari.

“Jarang saya diberi uang. Tapi kalau Lebaran dikasih bonus Lebaran berupa uang Rp100.000,” ungkap Pak Budi.

Bagi Pak Budi dan juga tukang becak Malioboro, uang harus dicari dengan keringat. Mereka pantang meminta, apalagi sampai menelantarkan wisatawan yang menggunakan jasa tukang becak. Jogja.siberindo – wiradesa.co