SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah Kota Semarang perlahan-lahan mulai mencoba penerapan New Normal disejumlah bidang. Salah satunya dalam hal kegiatan kesenian, dengan mengaktifkan kembali pentas wayang di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.
Sebagai langkah awal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, berencana melakukan simulasi pentas, namun dengan mengikuti standar operasional protokol kesehatan yang berlaku.
Kepala Disbudpar Kota Semarang, Indriyasari mengatakan, dalam simulasi itu semua pemain baik pelakon wayang hingga musisi pengrawit, diwajibkan menggunakan masker dan menjalani tes terlebih dahulu, sebelum pentas digelar.
BACA JUGA : Konser Adaptasi Jadi Percontohan Gelaran Event Saat Pandemi
”Dalam waktu dekat, TBRS akan ada simulasi kegiatan seni budaya, seperti pentas wayang. Wayangnya nanti akan unik, karena pakai maskernya itu seperti masker Gatotkaca. Selain itu, semua hal yang bersentuhan yang biasanya dilakukan saat melakukan gerakan-gerakan tari, akan dihindari,” katanya, baru-baru ini di Semarang.
Menurut kepala dinas yang biasa disapa Iin ini, ke depannya dalam penyelenggaran even seni budaya, akan mengikuti prosedur New Normal, yaitu wajib menerapkan standar protokol kesehatan.
Oleh karena itu Iin menjelaskan, nantinya untuk penyelenggaraan tiap even minimal harus mengantongi izin rekomendasi dari Polrestabes, dan izin dari Gugus Tugas Covid-19 atau Disbudpar. Hal ini untuk menjamin, baik dari para seniman maupun penontonnya terjaga aman dari penyebaran covid-19, saat acara digelar.
Pahami Kondisi
”Nanti akan hadir konsep-konsep gelaran even seni budaya dalam kondisi New Normal. Contohnya seperti kemarin ada Virtual Fashion Show, Konser Adaptasi, dan besok akan ada pertunjukkan Drive-In. Ini merupakan tahapan step-by-step, bagaimana pemkot mendorong para seniman berkarya,” imbuh dia.
Sementara itu, Imam Putre salah satu seniman yang biasa berkesenian di TBRS menyatakan, para seniman Kota Semarang sejak adanya kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), merasa kesulitan. Selain tidak bisa mendapatkan rezeki dari manggung, juga tidak bisa berekspresi sesuai bidang kesenian yang digeluti.
”Tidak hanya di TBRS saja, tapi juga yang manggung diluar. Walau begitu kami bisa memahami, kondisinya sekarang memang seperti ini. Harapan kami sebagai seniman, semoga ada kebijakan dari pemerintah, agar kami bisa manggung dan berkarya di atas pentas,” ungkapnya.
Heri Priyono-Riyan