KUDUS (SUARABARU.ID) – Relawan Pemulasaran dan Pemakaman Jenazah Covid-19 bentukan BPBD Kabupaten Kudus, mengaku kecewa dengan Dinas Kesehatan setempat. Pasalnya, selama pandemi melanda Kudus, peran petugas dari OPD tersebut sangat minim terutama dalam pemulasaran dan pemakaman jenazah Covid-19.
Mbah Bejo, koordinator relawan yang kini akrab disebut ‘Modin Cekathil’ mengungkapkan, pembentukan relawan pemulasaran dan pemakaman jenazah Covid-19 ini bermula dari keprihatinan mereka terhadap ketakutan masyarakat untuk memakamkan jenazah pasien baik yang PDP maupun positif Covid-19.
“Sebagai relawan yang bertugas menangani bencana, kami prihatin sekaligus terpanggil untuk ikut berpartisipasi menangani bencana pandemi ini,”ujar Mbah Bejo, Minggu (5/7).
Dengan personel yang ada, akhirnya ada sekitar 10 orang yang saat ini terjun khusus untuk membantu proses pemulasaran dan pemakaman jenazah pasien Covid-19. Jumlah personel tersebut dibagi dua shift, yang langsung bergerak membantu pemulasaran dan pemakaman jika ada informasi pasien Covid-19 meninggal dunia.
Baca Juga: Relawan ‘Modin Cekathil’ Ternyata Tak Dapat Insentif dari Pemkab Kudus
Namun, yang cukup disayangkan ternyata beban tugas tersebut sepenuhnya diberikan ke para relawan. Padahal, secara tupoksi, tugas tersebut merupakan tanggung jawab dari tim medis dari Dinas Kesehatan
“Seperti di kabupaten lain, Dinas Kesehatan memiliki tanggung jawab yang baik jika ada pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Personel mereka ikut turun secara langsung melaksanakan pemulasaran dan pemakaman,”tandasnya.
Tapi, di Kudus hal tersebut sama sekali tidak terlihat. Ketika ada pasien PDP maupun positif Covid-19 yang meninggal, hanya para relawan yang turun langsung ke lapangan. Dengan personel terbatas, mereka melakukan tugas pemulasaran hingga pemakaman jenazah tanpa ada bantuan dari siapapun.
“Yang lebih ironis, saat di pemakaman ada petugas dari Dinas Kesehatan yang malah menjauh. Akhirnya, kami yang melakukan prosesi pemakaman semuanya mulai dari mengangkut keranda, menurunkan ke liang kubur, dan menutupnya dengan tanah,”ujar relawan senior ini.
Murni Tak Dibayar
Padahal, selama ini kata Mbah Bejo, relawan BPBD Kudus bekerja tanpa ada bayaran sepeser pun. Perhatian dari Pemkab dalam hal ini Dinas Kesehatan pun tak pernah ada.
“Seperti saat ada relawan yang anaknya mendaftar sekolah, pun kesulitan mengurus surat keterangan petugas Covid-19. Padahal, sesuai ketentuan anak dari petugas Covid-19 bisa mendapat perlakuan khusus jika ingin mendaftar sekolah,”tandasnya.
Menurut Mbah Bejo, sejak pandemi terjadi, dirinya dan tim hampir setiap hari memakamkan jenazah pasien Covid-19 yang meninggal. Yang terbanyak, dia pernah memakamkan empat jenazah dalam sehari.
“Hari ini saja, sudah ada dua jenazah yang menunggu dimakamkan,”tandasnya.
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kudus Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, tim pemulasaran jenazah Covid-19 murni relawan yang tidak menerima honor. “Kasihan memang, tapi mereka adalah relawan yang berjiwa sosial tinggi. Umumnya sudah memiliki pekerjaan lain seperti buruh,” kata Bergas.
Dijelaskan Bergas, saat ini tim pemulasaran jenazah Covid-19 Kabupaten Kudus berjumlah 10 orang relawan. Namun, karena tingginya jumlah jenazah yang harus dimakamkan sesuai protokol Covid-19, anggotanya pun ditambah tiga orang. “Tak hanya pasien positif Covid-19 yang dimakamkan sesuai protokol Covid-19, PDP dan lainnya juga. Sejak Juni pemulasaran di Kudus mengalami peningkatan,” ujar Bergas.
Tm-Ab