blank

BEBERAPA waktu lalu termuat kisah Djo harus membayar permen yang tidak dibelinya di Hotel Quality Solo. Kisahnya, karena Djo melanjutkan menghuni kamar, dan penghuni sebelumnya mengambil permen di minibar. Akhirnya Djo yang kejatuhan kewajiban membayar permen yang di luar harganya Rp 750, dia harus membayar Rp 4.500.

Kali ini Djo kembali menginap di sebuah hotel di Semarang. Ceritanya, Djo lagi mengikuti rapat kerja kantornya di hotel itu, bersama teman-temannya termasuk yang dari luar daerah. Jadi ramai benar suasananya. Setelah seharian mengikuti rapat yang menegangkan dan membuat capek, Djo masuk kamar dan berendam di bath tub yang hangat. Enak benar rasanya, punggung itu seperti dipijat.

Usai mandi, menjelang acara santai malam hari, Djo duduk-duduk sambil menonton teve. Eh, tiba-tiba datanglah teman-temannya. Panjul, Pongkring, Pithak, dan sebagainya. Mereka ngobrol di ruangan Djo, dan tanpa basa-basi mengambil minuman dan makanan yang ada di minibar.

Djo tidak kuasa melarang. Anak-anak ini memang bocah kampung yang tidak tahu tata cara hidup di hotel. Panjul menenggak bir kaleng, Pongkring menyerutup Coca Cola, sedangkan Pithak mengunyah-ngunyah wafer coklat. Padahal aturan pada umumnya, segala sesuatu yang terkait dengan pemakaian telepon, laundry, atau makanan dan minuman ditanggung sendiri. Cuma kamar saja yang ditanggung kantor.

Sambil minum, cah-cah kampung ini masih juga udad-udud dengan rokoknya yang tiada henti. Djo senep juga sebenarnya, karena dia tidak merokok. Tetapi, untuk sementara biarlah. Setelah anak-anak pada keluar, Djo pun ikut keluar. Dia menuju mobilnya dan mencari barang-barang di supermarket terdekat. Dia beli bir, Coca Cola, dan wafer persis yang diminum dan dimakan anak-anak itu. Setelah kembali ke hotel dimasukkanlah barang-barang itu ke kulkas kecil di kamar.

“Mereka memang ah kampung tenan. Tidak tahu kalau sekaleng Coca Cola di hotel harganya lima belas ribu, belum bir, dan makanan lainnya. Masih untung minibar tidak pernah menyediakan rokok. Bisa bangkrut saya. Maka saya akali dengan menggantinya beli di luar yang tentu lebih murah daripada membayar ke hotel,” ujar Djo.

Untung saja pihak hotel tidak tahu. Ini bentuk penyelundupan barang lho Djo!

Widiyartono R