SEMARANG (SUARABARU.ID) – Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo disulap jadi ruang pertunjukan alternatif bagi para seniman selama bulan Ramadan. Di mulai hari ini, Senin (4/5) beragam pertunjukan bakal disajikan tiga hari dalam seminggu dan disiarkan secara langsung di channel YouTube dan akun Facebook Ganjar Pranowo.
Dibukanya rumah dinas tersebut sebagai salah satu ruang pertunjukan alternatif menurut Ganjar agar para seniman tetap berkreasi di tengah Pandemi. Karena pada masa awal Pandemi, dirinya mendapat banyak aduan dari seniman tidak bisa manggung.
“Awalnya saya ngobrol dengan para seniman, saya berpikir bagaimana nasib kawan-kawan? Ya sudah manggung saja, kita pentas live streaming. Nanti tempatnya di lapangan basket rumah dinas,” kata Ganjar, Senin (4/5).
Acara tersebut diberi label Panggung Kahanan, Mositifi COVID-19. Bakal digelar seminggu tiga kali di hari Senin, Rabu dan Jumat. Untuk pertunjukan perdana ini Konde, perupa asal Semarang yang mengawali aksi. Berlanjut ada kelompok musikalisasi puisi Paradoks dari Kendal, Kelompok Tari dari Semarang, Khoiruddin Direktur Hysteria dan stand up komedi oleh Ipin.
Ganjar mengatakan, digelarnya acara itu hanya memiliki satu tujuan, yakni agar seniman tetap berkreasi, tidak pernah patah hati dan tidak patah semangat. Ganjar mengatakan beberapa kali dirinya diajak terlibat dalam acara-acara live oleh para seniman. Ketika memasuki masa pandemi ini, mereka.tidak berhenti live streaming tapi justru semakin intens. Akhirnya dia memutuskan menggelar hak serupa.
“Ini semuanya serba gotong royong dan spontan. Malah teman-teman artis nasional pengin diundang. Kayaknya sekali-kali bisa berkolaborasi agar menyemangati teman-teman untuk tetap berkarya,” katanya
Untuk yang sedang nonton di rumah, kata Ganjar, kita tidak boleh mati langkah atau mati gaya. Karya, inovasi dan kreasi itu harus ditunjukkan ke seluruh medium yang ada.
“Dengan cara itu, semua orang bisa meniru cara kawan-kawan seniman yang mencoba untuk bertahan dan menghibur,” katanya.
Adin Khoiruddin, Direktur Hysteria yang menyampaikan materi mensiasati Pandemi mengutarakan beberapa jurus bagaimana yang mestinya seniman terapkan di tengah Pandemi.
“Beberapa minggu terakhir saya banyak beraktivitas online. Kita mesti social distancing. Karena di tengah Pandemi festival-festival tidak ada. Biasanya orang menggelar festival karena tidak ada waktu untuk mencari hiburan dan berkumpul, akhirnya festival jadi tujuan,” katanya.
Tapi, lanjut Adin, ketika di tengah Pandemi ini, kita dipaksa mengubah perilaku dari manual ke digital. Dia mengibaratkan, kondisi saat ini sama halnya dengan masa pengumpulan tugas yang selesai ataupun tidak harus dikumpulkan. Jika revolusi 4.0 adalah migrasi dari manual ke digital, Pandemi mempercepat itu. Di saat kegelisahan menimpa semuanya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru menawarkan ruang kreatif.
“Beberapa waktu lalu Afrizal malna dan beberapa seniman lain telah menggelar pertunjukan online. Hari ini mas Ganjar memberikan ruang agar kita bereksperimen menggunakan media sosial untuk membikin sesuatu. Kita mendapatkan tantangan estetika itu seperti apa? Ada percepatan yang mesti kita atasi. Yang paling penting, kita tidak menyerah terhadap keadaan,” katanya.
Hery Priyono