SEMARANG (SUARABARU.ID) – Zulfadli (20) dengan gugup menjelaskan keahlian dadakan yang disematkan kawan-kawannya sebagai juru masak, saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi asrama mahasiswa Aceh di Semarang, Kamis (16/4). Olahan telur, kata Zulfadli, yang selama ini jadi masakan favorit rekan-rekannya, terlebih di masa wabah seperti ini.
Ada satu tradisi yang mesti diikuti mahasiswa Aceh yang menempuh studi di Semarang, satu minggu sekali semuanya harus melingkar makan bersama. Jika biasanya mereka masak secara personal, pada satu hari yang ditentukan itu ada seorang yang dipilih sebagai juru masak dan Zulfadli lah orangnya.
“Sekarang lebih sering masak telur, Pak. Lebih irit. Apalagi stok sembako juga sudah menipis, Pak,” kata Zulfadli, sambil menunjukkan bumbu-bumbu dan peralatan dapur kepada Ganjar.
Dapur asrama mahasiswa Aceh, bukan satu-satunya yang ditengok Ganjar. Sejak pukul 06.00 WIB, gubernur berambut putih itu telah mengayuh sepeda keliling ke lima asrama mahasiswa luar daerah yang ada di Semarang. Dari asrama mahasiswa Makassar di daerah Bulusetalan, asrama mahasiswa Maluku di Lempongsari, asrama mahasiswa Aceh di Tembalang, asrama mahasiswa Lampung, Palembang dan Kalimantan Barat di Bendan Ngisor.
“Yang pertama saya cek adalah dapurnya. Saya memastikan saja mereka tidak repot untuk soal makanan, kebutuhan sehari-hari. Insyaallah jika itu tercukupi, aktivitas lain tinggal jalan saja. Ini anaknya mandiri-mandiri dan keren,” kata Ganjar.
Ganjar juga mengapresiasi atas pilihan mereka yang tetap bertahan di Jawa Tengah dan tidak memilih pulang kampung di saat wabah seperti ini. Meski terdapat mahasiswa yang masih bisa mencukupi kebutuhan kesehariannya, ada pula mahasiswa yang memerlukan bantuan.
“Insyaallah kita bantu sembakonya agar mereka tetap bisa belajar dengan nyaman, orangtua tenang keluarga tidak khawatir. Saya pastikan dapurnya mereka memang tetap ngepul,” kata Ganjar.
Ganjar mengatakan bantuan akan dikirim pegawai Pemprov Jateng siang ini ke asrama-asrama tersebut. Terdiri dari beras, minyak goreng, telur, mie instan, buah-buahan. Ada pula multivitamin, makanan siap saji, hand sanitizer, masker sampai peralatan olahraga.
Selain ngecek dapur, Ganjar juga menanyakan aktivitas keseharian yang mereka jalani selama menjalani masa psycal distancing ini. Kebanyakan dari mereka memilih kegiatan tradisi daerah masing-masing. Kerena tidak bisa terlepas dari kopi, ngopi jadi pilihan utama mahasiswa asal Aceh. Sementara untuk mahasiswa Maluku lebih memilih menghabiskan waktu sambil bernyanyi.
Ketika diminta Ganjar untuk nyanyi, mereka memilih lagu Sio Mama, tembang kerinduan anak kepada ibunya.
“Sio mama e….beta rindu mau pulangeeee. Sio mama e….beta so lia…kurus lawange.”
Mendengar lagu kerinduan tersebut Ganjar pun langsung nyeletuk, rindu boleh tapi jangan ketemu, jangan pulang terlebih dahulu.
“Nanti akan kita bantu kirim sembako ya. Jangan pulang, telpon lah mama,” katanya.
Yanto bersama lima kawannya sesama mahasiswa asal Maluku pun mengiyakan. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirasa sudah sangat mepet, terlebih di kampung halaman, orangtua Yanto hanya berprofesi sebagai petani cengkeh dan pala.
“Terimakasih bapak gubernur. Ya mungkin yang kami perlukan agak banyak adalah beras. Maklum pak, ini kawan-kawan dari Indonesia timur kan makannya banyak,” celetuk Yanto yang membuat Ganjar tertawa.
Hery Priyono