WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Presiden Republik Indonesia (R) Ir Joko Widodo, Sabtu (15/2), memimpin pencangan gerakan massal penghijauan dalam rangka pembangunan Agro Forestry berbasis lahan masyarakat. Lokasi pencanangan, bertempat di Dusun Tanduran RT 6 /RW III, Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono (35 Kilometer arah timur Kota Wonogiri).
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi, berkenan memberikan komando dengan memukul kentongan nada uluk-uluk atau kentong sepisan. Kemudian dirangkai dengan penanaman rumput akar wangi (vertiver) dan porang atau tumbuhan jenis umbi-umbian.
Tanaman tersebut, dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Di sisi lain, memiliki fungsi kuat untuk mengikat tanah dan mencegah erosi, dalam upaya mewujudkan konservasi lahan di chatment area atau Daerah Tangkapan Air (DTA) Waduk Gajahmungkur, Wonogiri.
Hadir dalam acara kunjungan Presiden RI ini, Ibu negara Iriana, Mensesneg Dr Pratikno, Menteri Kehuitanan Lingkungan Hidup (KLH) Dr Siti Nurbaya Bahar M Sc, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Direktur Pengelolaan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung, Saparis Ssi, MSi, Direktur BKSDA. Ir Hudoyo MSi beserta para Dirjen dan Sekdirjen, Direktur Pengelolaan DAS, Direktur Planologi KLH.
Secara Tumpangsari
Berikut Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dan istri, Kapolda Jateng Irjen Pol Dr Rycko Amelza Dahniel, MSi, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi, SSos, MSi, Bupati Wonogiri Joko Sutopo berserta istri, Kapolres AKBP Christian Tobing SIK, MH, MSi, Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) Imron Masyadi SE dan jajaran Forkompinda berikut Forkopincam Kecamatan Jatisrono, Kepala Desa (Kades) Jatisari, Teguh Subroto beserta pamong desa lainnya, para Petugas Lapangan KLH, tokoh masyarakat, pemuda dan pelajar.
Pembangunan Agro Forestry di DTA Waduk Gajahmungkur, Wonogiri, dilakukan oleh masyarakat Desa Jatisari untuk mengembangkan pembudidayan tanaman penghijauan jenis Sengon yang dilaksanakan secara tumpangsari dengan jagung. Bibit Sengon yang ditanam sebanyak 82.500 pohon. Budidaya ini, memberikan manfaat sebagai penyangga Sub DAS Bengawan Solo utamanya di area Sub DAS Keduang yang bermuara ke Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan ke sungai Bengawan Solo.
Sedimentasi Gajahmungkur
Menurut Menteri KLH, langkah ini merupakan upaya pengendalian erosi dan sedimentasi yang secara holistik sebagai kiat pencegahan pendangkalan Waduk Gajahmungkur berbasis lahan. Luas DTA Waduk Gajahmungkur, Wonogiri, mencapai 135.000 Ha. Yang rata-rata per tahun menyumbang inflow sedimentasi sebanyak 3,2 juta Meter Kubik (M3). Khusus dari Sub DAS Kali Keduang menyumbang sedimentasi sebanyak 1,2 juta M3 per tahun (37,5%).
Kata Presiden, mudah sekali menanam akar wangi. Tidak usah dirawat, tiga tahun akarnya sudah tiga meter. Semua waduk yang saya lihat, tambah Presiden, baik itu di Sulawesi, Jawa, Sumatera, semuanya banyak sedimen. ”Kalau untuk menangani sedimen dengan dikeruk itu keliru. Selesaikan dengan tanaman ini, dijamin sudah menyelesaikan masalah,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga memimpin gerakan massal penanaman buah-buahan, seperti durian, kelengkeng, jambu mete, dan matoa. Jumlah bibit yang ditanam mencapai ribuan batang. Ribuan pelajar beserta guru pendampingnya dan warga masyarakat, membuat pagar betis di sepanjang jalan yang dilalui Presiden, untuk memberikan penyambutan.
Bambang Pur