blank
Eko Hadi Susanto, Guru Madrasah Korban penembakan.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Kasus penembakan dan pembakaran sepeda motor milik guru Madrasah di Dukuh Kepel Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara pada Senin (25/11-2024) masih menyisakan teka-teki.

Ditemui di kediaman RT 11 RW 04 Dukuh Kepel Desa Buaran Kemacatan Mayong Jepara, Eko Hadi Susanto (43 tahun) menuturkan bahwa dirinya sudah memaafkan pelaku MMR.

“Sebagai santri Mbah Mun Balekambang, tentunya saya sudah memaafkan pelaku namun proses hukum harus ditegakkan seadil-adilnya agar memberikan efek jera bagi Gus MMR”, kata Eko pada Jum’at (6/12/2024).

Ia mengatakan ibu pelaku sudah datang dua kali pasca kejadian yang bertepatan pada peringatan Hari Guru tersebut.

“Benar, Bu Nyai Nur sudah datang ke rumah saya dua kali sehari setelah kejadian. Pertama pagi-pagi tapi tidak bertemu saya, lalu sorenya datang lagi”, ungkap Eko.

Saat itu Bu Nyai Nur mengungkapkan penyesalannya atas kejadian itu dan memintakan  maaf untuk anaknya MMR serta berjanji akan mengganti sepeda motor yang dibakar.

“Saat itu saya sudah sampaikan kepada Bu Nyai bahwa saya sudah memaafkan, tetapi proses hukum biar tetap berjalan agar memberikan efek jera”, imbuh Eko.

Di samping ibu pelaku, pengasuh Majelis Ngopi An Nahdloh Dr. KH. Nasrullah Affandi juga mengunjungi Eko di kediamannya.

Salah satu ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nadlatul Ulama (Pergunu) ini berkunjung siang setelah pencoblosan Pilkada 27 Nopember 2024 lalu.

“Mbah Nasrul datang ke rumah menanyakan kesehatan saya”, kata Eko yang juga Humas Majelis Ngopi An Nahdloh.

Sementara itu, Wakil Rois Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jepara KH. M. Amirul Wildan Fadhil juga datang ke kediaman Eko bersama kakak kandung pelaku, Gus Muhammad Syaifur Rijal.

“Mbah Mad Wildan dan Gus Ipung datang menyampaikan permohonan maaf dan mengajukan perdamaian”, kata Eko.

Eko menjelaskan tidak mempunyai dendam kepada siapapun. Ia juga berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

“Seharusnya para ulama, kiai, gus dan ustadz menjadi teladan bagi masyarakat. Semestinya beliau-beliau menjadi pelindung dan pengayom ummat. Melayani ummat dengan kasih sayang”, ujar Eko.

Warga masyarakat di Dukuh Kepel, Buaran, Karang Panas, Kedung Ombo Desa Buaran Mayong maupun Dukuh Penggung Desa Gemiring Lor Nalumsari semuanya tahu perilaku MMR.

Selama ini mereka diam karena sungkan dan takut untuk mengingatkan pelaku MMR. Sebagian takut kualat dan khawatir dianggap su’ul adab kepada anak tokoh kiai besar di Jepara.

Orang di Desa Buaran maupun Gemiring Lor, bahkan se-Kecamatan Mayong dan Nalumsari sebenarnya tahu keseharian pelaku MMR, tapi mereka lebih memilih diam daripada urusannya menjadi panjang karena tahu siapa yang dihadapi.

“Mungkin ini cara Allah untuk mengingatkan kita semua agar tidak semena-mena kepada siapapun”, kata Eko yang pernah nyantri lebih dari 7 tahun di Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari itu.

ua/za