blank
RENGGAN: Jalan di koridor Jensud terlihat renggang dan mendapatkan kritikan dari Komisi II DPRD Kota Surakarta saat sidak, Kamis (16/1). (suarabaru.id/lbc)

SOLO (SUARABARU.ID) – Komisi II DPRD Kota Surakarta mengkritisi pembangungan proyek koridor Jalan Jenderal Sudirman (Jensud) di area Gladag, Kota Solo.

Dalam inspeksi mendadak (sidak) Komisi II yang dipimpin YF Sukasno menemukan 50 titik proyek koridor Jensud tersebut harus diperbaiki oleh rekanan. Proyek koridor Jensud menelan dana APBD 2019  senilai Rp11,9 miliar yang dibangun dua tahap tersebut selesai dibangun pada November 2019 lalu.

 

“Temuan kami, hasil proyek koridor Jensud perlu dan harus ada perbaikan, karena hasilnya tidak sesuai harapan. Total yang kami catat ada 50 titik yang harus diperbaiki,” tegas Ketua Komisi II, YF Sukasno saat di lokasi, Kamis (16/1).

Politikus PDIP ini memaparkan, koridor Jensud dibangun dua tahap. Tahap I dibangun di dekat patung Slamet Riyadi, lalu tahap II dibangun di dekat Tugu Pamandengan.

blank

“Saya melihat proyek Koridor Jensud tahap I paling parah. Memasangnya batu andesit tidak rata dan berbelok-belok serta tidak merata,” kata dia.

Tidak hanya itu saja, koridor Jensud juga ditemukan pemasangan batu andesit yang renggang-renggang. Bahkan, roda sepeda angin bisa masuk renggangan batu andesit yang bisa membahayakan dan terjatuh.

“Segera DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Surakarta menghubungi rekanan untuk memperbaikinya,” tegasnya.

Sukasno mengatakan proyek koridor Jensud ini masih dalam perawatan rekanan sampai bulan Mei. Ia menilai pekerjaan ini kurang bagus sehingga haruas diperbaiki.

“Kalau masa perawatan habis tanggungjawab DPUPR. Biaya perawatan tentunya mahal karena ini dibangun menggunakan batu andesit,” pungkas Sukasno.

Sudah Bagus

Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Surakarta, Arif Nurhadi berdalih, secara umum pengerjaan proyek koridor Jensud dari visual dan konstruksi sudah bagus.

“Banyak kendala saat pengerjaannya, karena banyaknya event kota dan nasional yang menggunakan koridor Jensud. Sehingga beberapa kali pengerjaannya tertunda, “ kata Arif.blank

Dia mengemukakan, dari sisi konstruksi dengan dilalui kendaraan hingga saat ini tidak ada masalah. Kendaraan berat, kecuali tank, bisa melaju di koridor Jensud, karena kekuatan andesit dengan aspal menurut Arif lebih kuat andesit.

Menanggapi keluhan masyarakat di mana jalan di koridor Jensud bergelombang, Arif mengatakan, masyarakat perlu dipahamkan, koridor Jensud adalah titik atau kawasan utama Kota Solo, sehingga jalan di koridor Jensud memiliki strata berbeda untuk sarana jalan.

“Andesit dan aspal kan lebih mahal andesit. Lalu masyarakat bertanya, ada apa ya jalannya bergelombang? Dengan melambat diharapkan masyarakat bisa menikmati keindahan kota, seperti Balaikota Surakarta, Benteng Vastenburg, Gedung BI, Kantor Pos, dan Pasar Gedhe,” tegasnya.

LBC