MAGELANG (SUARABARU.ID)– Kesenian Barongsay dan Liong Samsi merupakan kesenian khas etnis Tionghoa yang sering dipentaskan dalam even Tahun Baru Imlek dan even-even lainnya. Barongsay dalam mitologi Cina artinya hewan singa yang dipercaya sebagai penjaga rumah.
Dalam Gerakan tariannya, barongsay menggunakan pola dasar langkah kaki yakni melangkah tiga maju ke depan ganti mundur empat langkah. Biasanya pemain ini dibawakan oleh dua orang, seorang di depan sebagai pembawa kepala, dan seorang di belakang sebagai pembawa badan bagian belakang/ekor.
Dibutuhkan kerjasama yang baik dan kelincahan gerak kaki untuk membawakannya. Karena adakalanya barongsai beratraksi dengan meloncat di atas tiang balok setinggi 1-3 meter yang ditata sedemikian rupa.
Namun , tidak banyak orang yang mengetahui bahwa di Kota Magelang ada pengrajin Barongsay yang telah puluhan tahun menekuni usaha itu. Yakni Andi Roni (63) warga Jalan Daha nomor 36, Kampung Ngarakan, Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang.
Pria yang akrab disapa Om Andi tersebut mengaku, usaha pembuatan barongsai tersebut ia tekuni sejak tahun 1960-an, yakni saat ia menjadi asisiten kakeknya yang bernama Liem Cou Thwan yang dikenal sebagai seniman wayang Potehi di Semarang di tahun 1950-an.
Menurutnya, barongsai diproduksi memakai bahan-bahan yang cukup sederhana takni bambu, karton, lem kuning, dempul mobil/kayu, cat dan lain-lain. Proses pembuatannya pun sangat sederhana. Biasanya untuk yang sudah ahli, bambu-bambu yang sudah disayat tipis dibentuk sesuai ukurannya sebagai kerangka utama.
Setelah itu ditempeli dengan kertas karton dan didempul hingga rata. Setelah itu, bagian barongsay yangdilapisi dempul kemudian diamplas dan diperhalus sesuai lekuk-lekuknya. Dan terakhir yakni mengecatnya dengan cat warna-warni.
“Proses pengecatan ini yang cukup memakan waktu agak lama . Karena, untuk melapisis warna-warni cat harus menunggu hingga cat dasarnya kering. Kemudian ditambah cat warna lainnya,” ujarnya.
Mengenai harga yang ditawarkannya untuk satu buah barongsay cukup bervariasi, yakni mulai harga Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Yakni, tergantung besar -kecilnya dan juga tingkat kerumitan proses pembuatannya. Sedangkan, berat dari barongsay tersebut juga bervariasi mulai dari ukuran 3 kilogram hingga 5 kilogram.
Ia menambahkan, proses pengerjaan satu set barongsay tersebut bisa dikerjakan dalam kurun waktu satu bulan sampai 1,5 bulan. Waktu paling lama dalam proses pembuatan barongsay tersebut, yakni proses pembuatan kerangka dari bambu yang sangat njlimet ( rumit).
“Untuk proses penempelan kertas, mewarnai dan melengkapi semua pernak-perniknya memakan waktu sekitar dua minggu,” ujar bapak empat orang anak dari pernikahannya dengan Yuko.
Setiap mendekati perayaan Tahun Baru Imlek, pesanan yang ia terima maupun perbaikan barongsay serta liong ( naga) sedikit mengalami peningkatan. Yakni, mencapai mencapai 20 pesanan. Selain bermacam-macam
jenis yang diminta, pemesan juga bukan hanya dari wilayah Magelang
saja, melainkan dari berbagai daerah seperti Semarang, Klaten,
Bandung, Solo, dan lain-lain. “Selain saat Imlek, biasanya aksesoris itu digunakan untuk pentas seni. Dan kalau saat Imlek seperti ini, biasanya paling banyak pemesan dari daerah-daerah yang basis Tionghoa nya kuat,” ujarnya.
Selain membuat barongsay dalam berbagai ukuran, Andi juga membuat liong serta aneka aksesoris yang berkaitan dengan Tahun Baru Cina ( Imlek) seperti mahkota Jay Shen, mahkota putri Swan Chu, lampion, dan lain-lain.
Setiap aksesoris, harganya juga bervariasi, tergantung ukuran serta pernak-pernik yang ditempelkan. Misalnya untuk jenis kepala naga harganya mulai Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu.
Yon-trs