blank
Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Serayu Opak Progo Ir Sri Handayaningsih MSc di kawasan sabuk hijau Waduk Wadaslintang Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Serayu Opak Progo Ir Sri Handayaningsih MSc mengatakan Gerakan Nasional
Pemulihan Daerah Aliran Sungai (GNPDAS) siap menyelamatkan sumberdaya air DAS Luk Ulo.

“GNPDAS merupakan gerakan yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) RI dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran bersama dalam memulihkan hutan dan lahan. Karena saat ini kondisi hutan dan lahan sangat kritis,” katanya.

Ir Sri Handayaningsih MSc mengatakan hal itu pada acara peringatan Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai (GNPDAS) 2019 yang digelar Pemkab Wonosobo di Lapangan Bumi Perkemahan Cinde Mas, Cangkring Wadaslintang Wonosobo.

Pemulihan hutan dan lahan, tambahnya, dilakukan guna penyelamatan sumberdaya air, peningkatan produktivitas lahan dan pencegahan bencana hidrometeorologi. Karena kondisi hutan dan lahan yang rusak sangat bahaya bagi keselamatan lingkungan.

Dalam acara yang mengambil tema “Pulihkan Lahan, Membangun Masa Depan” ini, Sri Handayaningsih juga menyampaikan saat ini Indonesia mempunyai lahan kritis 14 juta hektar tersebar di 17 ribu DAS se-Indonesia, termasuk di kawasan Dieng dan sekitarnya.

“Daerah Wonosobo berada di hulu DAS Serayu Luk Ulo dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat dan daerah di bawahnya. Jika daerah hulu mengalami krisis lingkungan maka akan perpengaruh pada kesediaan air bagi daerah di bawahnya” kata dia.

blank
Wakil Bupati Wonosobo Ir Agus Subagiyo MSi bersama pejabat terkait foto bersama sambil memegang bibit pohon yang siap ditanam di lahan sekitar Waduk Wadaslintang
Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Dikatakan Sri, DAS Serayu Luk Ulo sendiri menjadi salah satu dari 15 DAS penting nasional yang harus dipulihkan. Karena itu, posisinya sangat strategis dalam menjaga lahan yang aman dan memulihkan lahan kritis, demi keselamatan kehidupan,” terangnya.

“Penanganan lahan kritis di tingkat tapak tidaklah sederhana. Karena acap menghadapi permasalahan sosial yang cukup komplek. Karena itu, perlu dilakukan penanganan bersama lintas sektor dan pendekatan bentang lahan terpadu dengan masyarakat,” sebutnya.

“Semangat pemulihan DAS melalui rehabilitasi hutan dan lahan terus dilakukan. Ini merupakan gerakan bersama lintas sektor yang mengedepankan prinsip keterpaduan dalam penanganan lahan kritis dan pemulihan DAS yang melibatkan masyarakat,” pungkasnya.

Kementerian LHK melalui BPDAS Serayu Opak Progo, tambahnya, berkomitmen dan siap mendukung pemulihan lahan di Wonosobo dengan membagikan 10.000 bibit sengon dan 8.300 bibit produktif berupa tanaman buah untuk kelompok tani di Wonosobo.

“BPDAS Serayu Opak Progo juga mengalokasikan 10.000 bibit macadamia untuk rehabilitasi kawasan Dieng, yang akan didistribusikan Januari 2020 mendatang. Macadamia merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi sekaligus tanaman konservasi lahan.

Rehabilitasi dengan tanaman Macadamia, diharapkan Sri, menjadi titik temu persoalan tenure, degradasi lahan dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Pemkab, steakholder yang lain dan masyarakat harus saling bersinergi untuk memulihkan lahan kritis.

Wakil Bupati Wonosobo Ir Agus Subagiyo MSi, Senin (23/12), menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Kementerian LHK dan BPDAS Serayu Opak Progo, semua pihak yang peduli dan
ikut melestarikan lingkungan serta pemulihan lahan kritis di Wonosobo.

“Daerah Wadaslintang merupakan sabuk hijau. Waduk Wadaslintang harus terus dijaga kelestariaannya. Penghijauan di sekeliling waduk musti dilakukan agar air terus terjaga dari pendangkalan, akibat terkikisnya lahan di sekeliling waduk,” tuturnya.

Muharno Zarka-wahyu