Dewan : Siswa Harus Waspada Terhadap Lingkungan Pergaulan
Yudhi Indras Wiendarto saat berada di Aula SMA 5 Kota Semarang dalam kegiatan ‘Wakil Rakyat Mengajar’, Rabu (11/12/2019). (ist./hms)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pendidikan parlemen merupakan upaya edukatif untuk menjelaskan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) lembaga legislatif kepada masyarakat. Terutama, jika disampaikan kepada pelajar di tingkat pergaulan sekolah menengah atas (SMA), maka tupoksi lembaga legislatif dan penanaman nilai kebangsaan menjadi yang utama.

Demikian hal tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng Yudhi Indras Wiendarto, seusai ‘mengajar’ ratusan siswa SMA 5 Kota Semarang, Rabu (11/12/2019).

Yudhi berharap progam itu membantu siswa lebih peka dengan kondisi yang ada di sekitar mereka. Selain itu, dapat mencari cara atau sistem pendidikan terbaik bagi para penerus bangsa sekaligus meminimalisir aksi perundungan yang masih sering terjadi di beberapa sekolah.

“Progam ‘Wakil Rakyat Mengajar’, selain membantu para siswa memahami tugas dan fungsi lembaga legislatif, juga mengajari untuk lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar, utamanya lingkungan pergaulan,” jelas legislator dari Gerindra itu.

Dirinya menjelaskan, mulai dari lingkungan sekitar sampai kondisi yang terjadi di dalam lingkungan sekolah diharapkan para murid lebih ‘aware’ bila ada kebijakan sekolah yang berpengaruh dengan sistem belajar mengajar. Contohnya seperti perundungan juga cukup sering terjadi sehingga harus ditekan

Ia menambahkan di pergaulan sekolah saat ini masih terjadi ‘pembagian kasta’ yang membuat kurang nyaman lingkungan pergaulan siswa. Untuk itu, pembangunan mental sejak dini dapat menjadi cara memproteksi anak agar lebih kuat.

“Kegiatan ‘Wakil Rakyat Mengajar’ sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota dewan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Soal pembagian kasta, dari strata ekonomi masih sering terjadi,” katanya.

Yudhi menambahkan, hal ini sangat cukup meresahkan dan sudah menjadi tradisi turun temurun sehingga menjadi tanggung jawab bersama untuk menghapus ‘sistem’ seperti itu. Dalam hal ini, pembangunan mental sangat diperlukan guna memproteksi siswa agar lebih kuat menghadapi perkembangan zaman yang cepat juga masif.