blank
Kepala SMPN 2 Kepil Hadi Wiyono SH M Pd tengah sungkem kepada gurunya. Foto : SuaraBaru.id/Muharno

WONOSOBO – Sebagai bentuk penerapan pendidikan karakter dan budi pekerti, Kepala SMP Negeri 2 Kepil Wonosobo Hadi Wiyono SH M Pd, melakukan sungkem dan cium tangan, kepada tiga guru sepuh di sekolah yang dipimpinya.

Ketiga guru senior tersebut yakni, Ruti Semarni M Pd (Bahasa Indonesia), Widodo S Pd (Bahasa Jawa) dan Satiyun S Pd (IPA). Meski menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 2 Kepil, Hadi Wiyono menganggap tiga guru senior tersebut laksana orang tua sendiri.

Sesaat setelah memberikan sambutan pada upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) di sekolahnya, Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) PGRI Cabang Wonosobo itu, dengan membawa tiga tangkai bunga menuju tempat duduk tiga guru tersebut.

Hadi Wiyono sembari menyerahkan setangkai bunga, menjabat tangan dan sungkem layaknya anak pada orang tua, kepada tiga guru sepuh itu secara berturut-turut. Moment tersebutpun membuat peserta upacara terharu dan meneteskan air mata.

Sebagai Kepala SMPN 2 Kepil yang juga menjadi anggota Dewan Pendidikan Wonosobo itu, menunjukan kebesaran hati dan ketinggian budi pekerti dengan memberikan penghormatan yang tinggi pada tiga sosok yang pernah menjadi gurunya itu.

Kepala SMPN 2 Kepil Hadi Wiyono mengatakan tindakan sungkem yang dilakukan pada “anak buahnya” tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan seorang murid kepada gurunya.

Sampai kapan pun guru adalah sebagai orang tua siswa di sekolah.

“Bu Ruti, Pak Widodo dan Pak Satiyun dulu jadi guru saya waktu sekolah di SMPN 2 Kepil.

Ketiganya merupakan sosok yang luar biasa karena mampu menerapkan pendidikan karakter dan budi pekerti yang tinggi. Semua murid menaruh rasa hormat padanya,” kata dia.

Pelajaran Berharga

blank
Tradisi sungkem pada guru sepuh merupakan pendidikan karakter dan budi pekerti yang sangat tinggi. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Apa yang dilakukan Hadi Wiyono, diapresiasi guru setempat. Selama bertahun-tahun menjalani profesi sebagai pendidik, baru kali ini menyaksikan seorang Kepala Sekolah melakukan sungkem kepada guru yang menjadi anak buahnya, diiringi isak dan tangis.

“Ini sungguh luar biasa dan menjadi pelajaran yang berharga. Anak-anak milenial saat ini harus bisa mengambil hikmahnya. Meski nanti sudah lulus dari almamaternya harus menaruh hormat kepada guru yang dulu pernah mengajar di kelas,” ujar salah satu guru.

Maryanto S Pd, salah satu guru SMPN 2 Kepil, menyatakan sebagai tokoh pendidik di Wonosobo, sikap beliau ini merupakan tauladan ysarat makna. Sebuah pembelajaran filosofi yang tidak ada di buku dan disaksikan dalam sinetron atau film manapun.

“Bagi guru muda, ini sebuah pelajaran yang sangat mahal. Guru tetaplah guru sampai kapan pun. Guru tidak akan pernah bertukar posisi di manapun. Guru harus dihormati dan dijunjung tinggi walau mantan murid sudah menduduki jabatan lebih tinggi,” imbuhya.

Tauladan yang diberikan Kepala SMPN 2 Kepil, seolah bertolak belakang dengan apa yang terjadi di luar sana. Sebab masih banyak kasus murid menganiaya guru, orang tua melabrak dan merendahkan martabat guru. Guru tidak dihargai dan dilecehkan.

“Kini dunia pendidikan tengah mengalami degradasi dan dekadensi moral. Hilangnya etika, tata krama dan meredupnya karakter siswa menjadi salah satu contoh. Banyak siswa yang kurang dan tidak menghormati gurunya serta berani berkata tidak sopan di depan guru.

Tak sedikit alumni yang sudah lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, bekerja dan sukses menjadi pengusaha, jadi orang penting atau pejabat, lalu lupa dan atau berlagak lupa kepada gurunya. Mereka merasa sukses dan hebat tanpa andil guru.

“Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini memang banyak dikuasai kaum muda. Hal tersebut telag mengikis sensitifitas sehingga mereka merasa jauh lebih hebat, uptodate, mahir dan lebih pintar dari orang yang pernah menjadi gurunya dulu,” ujarnya.

Sosok Inspiratif

blank
Hadi Wiyono SH M Pd, Kepala SMPN 2 Kepil Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Kepala SMPN 2 Kepil Hadi Wiyono bisa menjadi sosok inspirasi dan layak dicontoh. Dengan jabatan yang tinggi, tangga karir yang terbentang luas, namun pandai mengolah rasa, santun dan hormat kepada sosok orang yang pernah menjadi gurunya dulu.

“Peristiwa sungkeman seorang Kepala Sekolah kepada guru yang menjadi bawahannya ini termasuk luar biasa dan istimewa. Dengan rendah hati beliau berkenan jongkok sungkem kepada guru yang menjadi anak buah,” katanya.

Menurutnya, pelajaran utama yang bisa dipetik adalah pangkat dan jabatan tinggi tidak harus membuat diri tinggi hati. Demikian juga kekayaan dan nama besar tidak harus membuat diri angkuh dan merasa besar. Jabatan adalah amanah yang harus diemban.

“Kerendahan hati justru akan menaikkan derajatnya, kehalusan budi akan mengangkat martabat diri, kebijaksanaan dan kebesaran hati untuk menghormati yang lebih tua, akan semakin membesarkan namanya. Karena jabatan tidak selamanta dipegang,” cetusnya.

Ditambahkan Hadi, sosok guru tak akan pernah tertukar apalagi tergantikan. Jasa mereka tak pernah terbayarkan walau sebanyak apapun uang yang diberikan. Jagalah silaturahmi dengan guru, jalinlah komunikasi dan perlakukan guru sebaik-baiknya.

“Sosok guru selamanya tetaplah guru. Walau sudah tidak aktif, tidak bertugas atau sudah pensiun sekalipun. Ilmu yang pernah disampaikan kepada siswanya akan tercatat sebagai saham kebaikan bagi muridnya,” tandas dia.

Maka sekali waktu kunjungilah mereka, sempatkan waktu silaturahmi dan rasakan betapa mereka akan merasa sangat bahagia karena dihargai seorang muridnya yang telah berhasil. Doa guru, saat mengajar adalah doa kebaikan dan kesuksesan masa depan muridnya.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka