BLORA – Menghijaukan (penghijauan) kawasan, lahan atau lingkungan, menjadi tugas bersama, tugas semua masyarakat agar lingkungan menjadi lestari, sekaligus untuk bisa diwarisi anak cucu sumber air yang berkesinambungan.
Untuk menyukseskan dan menjaga lingkungan hijau, Senin (25/11/2019), Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, mengajak masyarakat di kabupaten penghasil kayu jati memanfaatkan lahan yang ada untuk ditanami hijauan (produktif).
“Terpenting lagi, kami ajak warga bisa menjaga dan merawat bersama lahan-lahan yang telah dihijaukan,” harapnya.
Salah satunya, lanjut Arief Rohman, lahan yang dihijaukan lewat program Hari Pohon Sedunia atau World Tree Day di Blora yang dipusatkan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Getas-Ngandong, Kamis (21/11/2019).
Di KHDTK tersebut, baru saja dihijaukan melalui gerakan penghijauan atau penanaman perdana Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kegiatan yang dilaksanakan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Pemali Jratun di Kabupaten Blora, dihadiri Wabup setempat, Arief Rohman
Petani Desa Hutan
KHDTK (hutan) Getas-Ngandong kini dikelola oleh Fakultas UGM Yogyakarta itu, berloksi di petak 50A wilayah Desa Getas, Kecamatan Kradenan, Blora, dengan penanaman pohon.
Hadir juga, Kepala BPDASHL Pemali Jratun, Rochimah Nugrahini, Dekan Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, Budiadi, pejabat Perum Perhutani Divisi Regionel Jawa Timur, dan OPD terkait.
Di acara itu, ikut hadir dan terlibat langsung dalam KHDTK, para petani desa hutan dari Desa Getas, Desa Tlogotuwung, dan Desa Bodeh.
Kepala BPDASHL Pemali Jratun, Rochimah Nugrahini, menyampaikan bahwa penanaman perdana RHL di kawasan KHDTK Getas Ngandong melibatkan 13 kelompok tani desa hutan.
Dijelaskan juga, setidaknya ada 165 orang yang tergabung dalam 13 kelompok tani (Klomtam) desa hutan, dengan program menanam 500.000 bibit pohon yang ditanam, dengan harapan segera turun hujan.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, Budiadi, menjelaskan lahan KDHTK Getas-Ngandong seluas 11.000 hektar lebih, kini dikelola oleh lembaga pendidikan sebagai sebagai hutan riset dan pendidikan.
“Kami juga akan kembangkan lahan ini untuk agroforestry,” tambah Budiadi.
Menuruntya, petani desa hutan diperbolehkan menanam tanaman pangan dengan sistem tumpang sari, ketentuannya tegakan jati 30 persen, dan 70 persennya tanaman buah mangga, alpukat, sukun, dan lainnya.
Wakil Bupati, Arief Rohman, mengapresiasi kegiatan penanaman pohon oleh BPDASHL bersama Fakultas Kehutanan UGM di KDHTK Getas-Ngandong ini.
“Ini salah satu langkah positif, yakni untuk mengembalikan kejayaan hutan di wilayah Blora bagian selatan,” tandas Arief.
Tidak hanya di kawasan hutan saja, Wakil Bupati juga mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan di lahan pekarangan. Tidak harus dengan tanaman besar, namun bisa dengan sayur sayuran dan tanaman obat-obatan.
Suarabaru.id/Wahono