Jepara- Peringatan Hari Batik Nasional ke-10 di Jepara nampak lebih semarak. Bukan hanya kewajiban mengenakan pakaian batik bagi para pegawai negeri, tetapi juga telah digelar Fashion On the Street Rabu ( 2 / 10 ). Acara yang melibatkan 64 peraga busana dari Jurusan Tata Busana SMKN 2 Jepara dan SMKN 3 Jepara ini dilakukan ditrotoar alun-alun Jepara. Uniknya, para peraga busana yang berasal dari jurusan Tata Busana SMKN 2 Jepara ini memperagakan hasil karyanya sendiri. Disamping itu, ada juga peragaan membatik oleh siswa SMKN 2 Jepara serta penampilan Jepara Carnival karya Bayu Supriyanto dari Luna Art Jepara.
Disamping itu di lakukan kirab Batik Gelar Jagat Jepara sepanjang 10 m hasil karya siswa klas XI dan XII SMKN 22 Jepara. Batik yang dikerjakan oleh 4 kelompok siswa secara estafet dengan batik tulis pewarnaan remasol teknik colet ini menurut Ketua Jurusan Tekstil SMKN 2 Jepara, Eko Widiyanti ini terispirasi oleh motif ukir Jepara berupa lunglungan jumbay dan buah wuni. “Harapan kami pada peringatan Hari Batik Nasional ke-10 ini Batik Motif Jepara semakin dikenal dan dicintai masyarakat Indonesia” ujar Eko Widiyanti.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Kartini Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Pelestari Seni Ukir, Batik dan Tenun Jepara, SMKN 2 Jepara serta MGMP Tata Busana SMK Provinsi Jawa Tengah. “Tujuannya untuk memperkenalkan batik pada kalangan milenial, agar mereka lebih mencintai batik yang merupakan warisan budaya bangsa. Apalagi batik telah menjadi kekayaan budaya dunia non benda” ujar Indria Mustika sekretaris Yayasan Kartini Indonesia yang juga menjabat Ketua Musyawarah Guru Tata Busana SMK Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Indria Mustika memperkenalkan batik pada kalangan milenial ini sangat penting. Sebab mereka adalah kelompok yang nanti berkewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan. “Salah satu media yang tepat adalah melalui peragaan busana hingga dapat mengembangkan desain-desain kreatif. Harapannya kelompok milenial tertarik. Bukan hanya menjadikan batik sebagai pakaian formal.,” ujar Indria Mustika.
Apresiasi kegiatan ini juga muncul dari pegiat budaya Jepara, Didin Ardiansyah. Seniman yang dikenal aktif membangun kantong-kantong budaya di pedesaan ini menilai, kegiatan semacam ini perlu dilakukan agar memacu para perajin batik untuk mengembangkan batik motif Jepara secara kreatif. “Harapannya, anak-anak muda akan tertarik dan kemudian bersedia untuk mengenakan, “ ujar Didin Ardiansyah. Karena itu even semacam ini perlu dilakukan secara rutin diruang publik. Sebagai insentif bagi peserta sebaiknya tidak dipungut biaya pendaftaran. Disamping itu memperkenalkan batik dari perspektif budaya juga sangat penting dilakukan.
Sementara itu Marlin, pegiat fasien Jepara meniilai, even semacam itu penting dilakukan bukan saja untuk meningkatkan kecintaan warga masyarakat pada batik, tetapi juga untuk mendorong para perajin batik dalam mengembangkan kreatifitas serta kualitas produknya. “Bahkan penetapan batik sebagai pakaian dinas bagi PNS di Jepara tahun 2015 dilakukan oleh Bupati Jepara dari atas panggung fasien. Momentumnya juga sama, saat memperingati Hari Batik Nasional,” ujar Marlin. (Suara.Baru.Id/Hadi Priyanto)