KUDUS – Peringatan tahun baru 1 Muharam 1441 H atau yang juga dikenal tradisi suroan yang jatuh pada Minggu (1/9), memang banyak dilakukan di sejumlah daerah. Tak terkecuali di Kudus, daerah yang terkenal dengan produk jenangnya, juga memiliki tradisi berupa ‘tebokan’ jenang Kudus yang dipusatkan di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus.
Perayaan digelar warga dengan pawai membawa tebok (nampan dari anyaman bambu) yang berisi jenang serta beberapa gunungan yang berisi hasil bumi lainnya. Kirab pengingat sejarah pangan dan keberagaman di Kudus itu dimulai dari komplek Pesarean Sedo Mukti, memutar desa dan berakhir di balai desa.
”Melalui kirab itu, kami ingin bersyukur atas jenang yang menghidupi warga Desa Kaliputu. Melalui kirab itu pula, kami ingin terus melanggengkan keberagaman yang diserukan Sunan Kudus dan Sosrokartono,” kata Suyadi, Kepala Desa Kaliputu, di sela-sela acara.
Suyadi menuturkan tradisi tebokan jenang ini tak lepas dari kisah legenda perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangkung (Saridin) dengan Mbah Dempok Soponyono. Suatu ketika saat Mbah Dempok bermain burung dara aduan di pinggir Kaligelis, secara tak sadar cucunya hanyut. Anak tersebut akhirnya dapat ditolong warga, sementara mbah Dempok sendiri tak menyadari kalau cucunya kalap akibat ulah makluk halus berupa banaspati.
Hingga akhirnya Sunan Kudus dan Syekh Jangkung yang lewat melihat kerumunan warga yang panik. Saat melihat cucu mbah Dempok, Sunan Kudus beranggapan kalau anak tersebut sudah meninggal. Tapi, Syekh Jangkung berpendapat lain dan menyatakan cucu mbah Dempok tersebut hanya mati suri.
Untuk membuat anak tersebut sadar, Syekh Jangkung meminta ibu anak tersebut membuat penganan jenang dari bubur gamping dan disuapkan ke sang bocah. Dan ternyata, anak tersebut akhirnya kembali siuman. Dan dari kejadian tersebut lah kemudian pembuatan jenang berlanjut hingga turun temurun di desa Kaliputu.
Jenang Kudus
Tradisi Tebokan, lanjut Suyadi merupakan bukti kekokohan industri jenang Kudus. Apalagi, sebagai makanan khas, jenang Kudus saat ini telah dikenal secara nasional hingga ke manca Negara. ”Tradisi ini merupakan aset budaya sekaligus bukti dari eksistensi industri jenang Kudus,’’ tuturnya.
Keberadaan Desa Kaliputu sebagai sentra industri jenang pun masih bertahan hingga sekarang. Tercatat 35-40 industri masih eksis di Desa yang terletak di pusat kota Kudus tersebut. Bahkan, beberapa industri jenang besar di Kudus seperti Mubarokfood maupun Kenia, awalnya juga berasal dari Desa Kaliputu.
Dengan setiap industri biasanya menyerap 15-25 tenaga kerja. Jadi bisa dikatakan kalau Kaliputu ini merupakan desa jenang Kudus.
Menurutnya, dahulu jenang tidak diperjualbelikan. Sejumlah warga membuat jenang untuk salah satu hidangan wajib setiap kali ada hajatan, terutama pernikahan dan khitanan. Setelah banyak yang pesan, segelintir warga memberanikan diri memasarkannya di pasar. Waktu itu jenang dijual kiloan dalam bentuk potongan besar dan belum dikemas kecil-kecil.
”Sekarang jenang sudah diolah dan dijual secara modern sebagai oleh-oleh khas Kudus,” tambahnya.
Suarabaru.id/Tm