blank

GROBOGAN – Petani kedelai di Desa Nambuhan, Kecamatan Purwodadi, berkeinginan untuk tidak menanam komoditas tersebut dalam waktu sementara. Pasalnya, kualitas kedelai pascapanen sangat rendah dibandingkan masa panen sebelumnya. Hal ini membuat petani hendak menanam komoditas lain seperti padi atau jagung di lahan mereka.

Keengganan petani kedelai tersebut dibenarkan Ka Dinas Pertanian Edhie Sudaryanto melalui Kabid Tanaman Pangan Imam Sudigdo, Rabu (13/2/2019). Menurut Imam, permasalahan yang dialami petani kedelai ini terjadi karena fenomena delapan tahunan. Fenomena terjadi karena panen kedelai bersamaan dengan musim hujan.

“Saat ini harga kedelai masuk ke angka Rp 6.000/kg. Karena itu, petani mengeluhkan hal ini. Situasi seperti ini dinamakan fenomena siklus delapan tahunan, yaitu saat panen kedelai bersamaan dengan musim hujan sehingga kualitas kedelai menjadi rendah,” tutur Imam, saat ditemui di kantornya.

Hal ini, lanjut Imam, membuat para petani cenderung ingin menanam komoditas lain. Sebab kualitasnya dan harganya rendah dibandingkan komoditas lain seperti jagung atau padi. Imam menjelaskan, rendahnya kualitas kedelai ini disebabkan karena tidak adanya panas matahari sehingga mereka kesulitan menjemur. Di samping itu, harga kedelai juga tidak stabil karena masih rendah dibandingkan harga jual jagung dan padi saat ini.

Meski demikian, Imam mengkhawatirkan jika petani tetap memaksakan diri menanam selain kedelai. Sebab nantinya akan berpengaruh pada musim tanam padi yang akan bergeser.

suarabaru.id/Hana Eswe