blank
BALIHO SELAMAT DATANG: Baliho selamat datang sudah terpasang di berbagai titik di jalan protokol di Kabupaten Magelang.

SEMARANG – Sejak 11 November lalu, panitia penyelenggara sudah bekerja demi kesuksesan lomba lari Borobudur Marathon yang mengambil start dan finish di Taman Lumbini Candi Borobudur, Magelang, Minggu (18/11) mendatang.

Menurut Panitia Lomba, Lukminto Wibowo, di area candi termegah di Indonesia itu, sudah dipasang tenda-tenda, panggung dan gate untuk kegiatan pelepasan pelari. Pihaknya juga mengadakan sosialisasi melalui spanduk-spanduk kepada masyarakat terkait lomba dan pengalihan lalu lintas.

”Kami bertekad keras untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta. Apalagi ratusan pelari luar negeri ikut berpartisipasi. Harapan kami tentu tingkat kepuasan dan kenyamanan peserta Borobudur Marathon tinggi,” kata Lukminto, saat dihubungi, Selasa (13/11).

blank
PELAYANAN RACE PACK: Arena pembagian race pack di Hotel Grand Artos sudah mulai disiapkan sebelum siap tanggal 16 November mendatang.

Kesiapan pelayanan itu, kata dia, akan dimulai saat peserta melakukan pengambilan race pack atau paket lomba di Hotel Grand Artos, Magelang, Jumat (16/11). Panitia lomba siap mengatur sedemikian rupa agar acara pengambilan paket lomba ini setertib mungkin.

Tahun ini, Borobudur Marathon 2018 mengusung tema khusus yaitu  menjaga keharmonisan antara pelari dan masyarakat Jawa Tengah. Dia menegaskan, bahwa Borobudur Marathon, tak hanya lomba lari, namun juga diselipkan misi wisata, budaya dan perekonomian.

Hadiah Besar

Ditambahkannya, hadiah di Borobudur Marathon masih setara seperti tahun lalu sekitar Rp 2,8 miliar. Even tersebut terbagi menjadi tiga nomor lomba, yaitu marathon, half marathon dan lari 10K.

”Meskipun total hadiah dipatahkan oleh TNI Marathon di Mandalika, Lombok, awal November lalu, kami rasa Borobudur Marathon cukup besar dan menggiurkan,” katanya.

blank
TENDA: Puluhan tenda dipasang di arena Taman Lumbini, lokasi pemberangkatan peserta Borobudur Marathon

Berdasarkan data-data panitia, bahwa peserta sebanyak 10.000 orang, 69 persen diantaranya adalah pelari putra. Mayoritas mereka adalah pelari dengan usia 26 hingga 35 tahun. Yang menarik, dari jumlah peserta, 70 persen berasal dari non-JawaTengah, 19 warga Jateng dan tiga persen warga negara asing.

”Pelari Indonesia yang turut ambil bagian, terbanyak warga Jakarta, disusul Yogyakarta, Semarang, Bandung dan Bekasi,” kata Luki.(suarabaru.id/sl)