blank
KH Eman Sulaiman MH saat sowan KH Abdul Qoyyum Mansyur (kanan)

SEMARANG– KH Abdul Qoyyum Mansyur yang akrab dipanggil Gus Qoyyum akan menjadi pengisi pengajian tunggal di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jumat (14/9) malam.

Kiai yang reputasinya menanjak di level nasional terkait kualitas ceramah agamanya, sengaja dihadirkan ke MAJT dalam rangka peringatan HUT ke-16 MAJT.

Ketua Panitia Drs KH Muhyiddin MAg kepada wartawan, Kamis (13/9) menjelaskan, MAJT mengundang Gus Qoyyum atas dasarnya mengakomodasi aspirasi dari ribuan jamaah MAJT. Sehingga diprediksi pengajian tersebut bakal dipenuhi oleh ribuan jamaah di ruang salat utama MAJT.

“Materi ceramah Gus Qoyyum selalu ada rujukan kitab yang standard (kutub mu’tabaroh) jadi sangat menarik”, jelas Muhyiddin.

Koordinator penjemputan Gus Qoyyum, KH Eman Sulaiman MH mengatakan, ketertarikan jamaah MAJT terhadap Gus Qoyyum, karena materi ceramahnya yang mendalam dengan penyampaian santun dan menyejukkan. Terlebih masyarakat di kawasan Pantura hingga ujung timur Jawa Timur, khususnya lagi di lingkungan pesantren kini semakin mengidolakannya.

Menurut Eman, wajar bila pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Lasem, Rembang sejak menggantikan ayahnya KH Mansur Kholil yang wafat pada 2002, jam terbangnya padat dan keliling Indonesia. “Untuk meluangkan waktu agar dapat mengisi di MAJT itu pun harus membatalkan pengajian di Freeport, Papua,” jelas Eman Sulaiman.

Siapa pun yang menyaksikan gaya bicara Gus Qoyyum baik pada pengajian dan berbagai seminar tidak banyak yang tahu bila sosok yang dikenal karena kualitas keilmuannya yang mumpuni, ternyata tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Jenjang sekolah formal hingga kelas 5 Madrasah Ibtidaiyyah An-Nashriyah, Lasem. Konon, waktu kecil dikenal nakal sehingga ayahnya melarang sekolah.

Gus Qoyyum juga tidak pernah mondok di pesantren, satu-satunya tempat belajar agama hanya kepada ayahnya. Pernah akan berangkat mondok ke Ponpes Mathaliul Falah yang diasuh KH Sahal Mahfudh, di Kajen, Pati, namun mendadak urung berangkat padahal semua bekal sudah siap.

Kiai yang dikenal menguasai literatur bahasa Arab, murni hanya memperoleh pendidikan yang panjang dari ayahnya. Padahal kitab-kitab yang dipelajari itu rujukan untuk mahasiswa S3 atau menjadi pegangan para guru besar juga ulama-ulama terkemuka.

Selepas tidak bersekolah, malah fokus menghafal Alquran dan menjadi hafidz saat masih belia. Dipercaya ayahnya mengajar tafsir, hadis, tasawuf, fikih, dan tata bahasa arab untuk kelas santri-santri senior di Lasem.

Gus Qoyyum dikenal sebagai cucu pendiri NU. Kakeknya dari jalur KH Kholil yang nama aslinya Masyhuri, teman akrab KH Hasyim Asyari waktu belajar di Makkah dan berperan aktif dalam pendirian NU. Juga keponakan KH Sahal Mahfudh. Ibunya, merupakan kakak kandung Almarhum KH Sahal Mahfudh yang pernah menjabat Rais Aam PBNU beberapa periode dan Ketum MUI Pusat.(suarabaru.id/sl)