blank
Mewakili Dandim 0728 Wonogiri, Kapten (Inf) Sumadi (kiri) berkenan mengalungkan medali kepada para talet Gantole yang meraih gelar juara dalam Kejurnas Gantole 2018 di Kabupaten Wonogiri.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Gelar juara bergengsi di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Gantole Tahun 2018 Wonogiri, didominasi oleh para atlet dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan Jateng. Tiga orang atlet dari Sumbar, membabat habis gelar kejuaraan untuk kategori A. Selanjutnya, atlet Gantole dari Jateng, menyabet gelar juara I dan III di kategori B. Upacara penutupan dan penyerahan medali kejuaraan serta hadiah, digelar di Pendapa Kabupaten Wonogiri.
Kejurnas Gantole Tahun 2018 dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, mengambil start ‘take off’ dari landasan di puncak Bukit Joglo di sisi barat Obyek Wisata Waduk Gajahmungkur Wonogiri. Mempertandingkan nomor ‘goal and race’ dalam dua kategori, yakni kategori A dan B. Untuk kategori A juara I, II dan III diborong oleh tiga atlet Gantole dari Provinsi Sumbar. Yakni Latif, Rijanul Fatomi dan Qoidir Anas. Selanjutnya untuk kategori B, juara I dimenangi oleh Muhamad Rizid Rido dari Provinsi Jateng, juara II Nastain dari Jatim, berikut juara III ditempati bersama oleh Sulis Widodo (Jateng) dengan Ridwan Zaelani (Kalbar).
Ikut hadir dalam upacara penuputan, Bupati Wonogiri yang diwakili Asisten I Sekda Edi Sutopo, Kadis Ops Lanud Adi Sumarmo Letkol (Pnb) Yulmaizir Caniago, Dandim 0728 Wonogiri yang diwakili Kapten (Inf) Sumadi, Kapolres yang diwakili Kasat Narkoba AKP Suharjo, Pengurus FASI Jawa Tengah, Abdul Mustofa, Ketua FASI Jawa Tengah, Nuzul Firman, berikut para atlet Ganthole dari Jateng, Jatim, Jabar, DKI Jakarta, Sumbar, Kaltim, DI Yogyakartsa danĀ  Banten.
Pengurus FASI Jateng, Abdul Mustofa, melaporkan, secara umum pelaksanaan Kejurnas Gantole yang digelar selama 5 hari, dari Tanggal 4 sampai dengan 8 September 2018, dapat berjalan dengan aman. Apa yang kita harapkan bersama, yaitu mewujudkan ‘zerro acident’ dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam rencana, Kejurnas ini akan dilaksanakan sebanyak lima sesi. Namun, pelaksanaannya hanya dapat dilakukan tiga sesi saja. Karena terkendala oleh faktor cuaca dan potensi angin serta kondisi geotermal yang tidak mendukung, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara penuh. Semua itu, demi pertimbangan faktor kemanan dan keselamatan penerbangan bagi atlet yang bertanding.
Kejurna kali ini, dipilah menjadi dua kategori. Yaitu nomor ‘race’ kelas A advan dan kelas B. Kelas A merupakan ekstra cepat dengan kecepatan 80 Km per jam dan merupakan kelas bergengsi. Panitia menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan dari Pemkab Wonogiri beserta pihak-pihak terkait, sehingga pelaksanaan Kejurnas kali ini dapat berjalan aman dan lancar. Potensi bentang alam perbukitan perbukitan di sisi barat Waduk Gajahmungkur Wonogiri yang didukung keberadaan anginnya ini, memiliki daya dukung untuk menggelar event kejuaraan Gantole berskala nasional dan internasional.
Semua itu akan menjadi ikon bagi Wonogiri, terlebih lagi manakala wilayah lereng perbukitan tersebut dapat diupayakan penghijauannya. Juga perlu dilakukan penataan dan peningkatan prasarana jalan menuju tempat landasan. Manakala potensi ini digarap dan didokumentasikan dengan baik, kemudian diunggah untuk diviralkan di media sosial, niscaya akan menjadikan Wonogiri makin terkenal di Tanah Air maupun di manca negara.
Menurut Ketua FASI Jawa Tengah, Nuzul Firman, Bukit Joglo di Wonogiri merupakan bukti sejarah dimana Gantole dulu pernah terbang selama 6 jam. Tahun 1994, pertama kali diadakan Kejuaraan Internasional Gantole yang diikuti puluhan atlet dari berbagai negara di dunia. Dari medan Wonogiri ini, terpecahkan rekor terbang dengan jarak terjauh, yakni 100 Km, yang itu sampai sekarang belum dapat terpecahkan lagi. ”Kami mengajak kepada masyarakat, agar mau dan berminat untuk mencintai cabang olahraga Gantole,” jelas Nuzul Firman.(suarabaru.id/bp)