blank
Pengajian akbar Cak Nun digelar di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri, dihadiri oleh ribuan umat Islam dan tokoh dari agama lain yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Wonogiri pimpinan Ustadz Soetopobroto.(SMNet.Com/bp).
WONOGIRI – Bangsa Indonesia, termasuk para elite politiknya, akan menjadi bodoh manakala tidak mau berpikir dan berupaya menambah wawasannya. ”Mari kita berpikir, juga memperluas pandangan dan wawasan, agar kita jangan menjadi orang yang bodoh-bodoh banget,” tegas Emha Ainun Nadjib.

Penegasan Cak Nun, demikian panggilan populer Muhamad Emha Ainun Nadjib ini, Jumat malam (4/5), disampaikan dalam acara pengajian akbar yang digelar di Alun-alun Giri Krida Bakti, Kabupaten Wonogiri.

Pengajian akbar yang dikemas dalam sajian ‘Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng’ ini, dihadiri oleh ribuan manusia, yang tidak saja umat muslim, tapi juga hadir dari tokoh Katolik, Kristen, Budha dan Hindu.

Sekda Wonogiri, Suharno menyatakan pengajian akbar Cak Nun ini digelar dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Jadi Ke-277 Kabupaten Wonogiri Tahun 2018. Tujuannya, dalam upaya memberikan tambahan bekal pemahaman tentang Islam kepada warga masyarakat, sebagai upaya menumbuhsuburkan kebersamaan, kedamaian, ketenteraman, untuk ‘sesarengan mbangun Wonogiri’.

Ikut hadir memberikan sambutan, Wakil Bupati Wonogiri Edy Santosa, Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) M Heri Amrulloh, Kapolres yang diwakili Wakapolres Kompol A Aidil Fitrisyah, Ketua MUI KH Abdul Aziz Mahfuf, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Soetopobroto, gembala umat Katolik Romo Sigit, Pendeta Kristen Asung Prabowo, pemuka agama Budha dan Hindu, Sakiran dan Slamet Dwiyono.
Cak Nun, tokoh intelektual kelahiran Jombang, Jatim, tanggal 27 Mei 1953 ini, menyatakan, upaya untuk senantiasa berpikir dan menambah wawasan agar tidak bodoh, diperlukan dalam menyikapi perjalanan hidup. Sebab menurut Cak Nun, yang dikenal sebagai tokoh seniman, budayawan, penyair dan pemikir ini, hidup berjalan dinamis, karena itu senantiasa berpikirlah secara proporsional sesuai konteknya.
Kepada massa yang memadati Alun-alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Cak Nun berseru agar kita jangan merasa sok pinter sendiri. ”Ingatlah, dulu para tokoh Islam sudah merasa senang manakala ada warga masyarakat yang mau datang atau mendekat ke masjid. Tapi sekarang, orang sudah salat di masjid masih dianggap bukan Islam,” tandasnya.
Menurut Cak Nun, Islam itu tidak sama dengan Arab. Oleh karena itu, jangan kemudian setelah pulang umroh kemudian memakai jubah sudah merasa segala-galanya. ”Sebab pakaian jubah itu tidak harus untuk mengukuhkan diri seseorang sebagai muslim. Coba lihat di sini, Romo yang hadir di sini, juga memakai jubah. Apakah dengan demikian Romo juga muslim? Kan tidak,” tegasnya.
Bersama group Kiai Kanjeng, Cak Nun beruaya memasyarakatkan Islam yang rahmatan lil alamin. Hal ini penting untuk merajut kebersamaan bangsa ke dalam BTI.
”Tahukah kalian apa itu BTI ? BTI itu bukan PKI. BTI itu adalah Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya. Kita sebagai umat muslim, tambah Cak Nun, jangan suka menuduh Romo Pastur dan Pendeta yang berceramah, itu sebagai upaya memurtatkan umat Islam. ”Kita jangan memakai kata-kata yang memperuncing perbedaan,” tegasnya.
Kata Cak Nun, jangan kemudian ketika orang Kristen naik pesawat, kita umat Islam berkesimpulan orang muslim jangan naik pesawat. Jangan kemudian ketika gereja dibangun dengan menyertakan kaca, kita membangun masjid tanpa kaca. Tuhan, tandas Cak Nun, menciptakan umat manusia itu untuk saling tersambung.
Aneka lagu dan tembang disajikan oleh group musik Kiai Kanjeng, untuk didendangkan bersama hadirin. Tidak saja lagu yang bertema Islami dengan iringan musik bernada pada pasir, tapi juga menyertakan lagu yang bernada dasar gerajani. Juga dilantunkan tembang campursari dan lagu dangdut.(SMNet.Com/bp).