blank
Sesepuh Jawa Tengah Kiai Ali Mufiz MPA (tengah) saat menjadi narasumber di Raker MAJT 2019, didampingi Ketua PP MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA (kiri) dan Wakil Ketua Bidang 1, Prof Dr H Edi Noersasongko Mkom (kanan).

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) diharapkan mampu memainkan peran strategis sebagai trendsetter di tengah pengaruh teknologi digital yang semakin dominan saat ini. MAJT harus mampu membentuk kecenderungan positif, yang akan menjadi kiblat masyarakat dalam mewujudkan peradaban yang berjatidiri.

“Pemosisian tersebut penting dan dibutuhkan masyarakat, terkait semakin derasnya disrupsi digital yang telah memporakporandakan peradaban,” tegas Sesepuh Jawa Tengah Drs KH Ali Mufiz MPA pada Rapat Kerja (Raker) MAJT 2019 di The Bandungan Hotel, Bandungan, Kabupaten Semarang, Sabtu malam (28/12/2019). Raker diikuti seluruh anggota pleno, terdiri atas Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Dewan Pengurus, dan seluruh pejabat struktural di sekretariat MAJT.

Raker yang berakhir Minggu (29/12/2019), dibuka dan ditutup Ketua Pengelola Pelaksana (PP) MAJT Prof  Dr KH Noor Achmad MA, juga diisi paparan Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi.

Kiai Ali Mufiz sebagai Dewan Pembina MAJT sekaligus mantan Gubernur Jawa Tengah berharap, para pengelola MAJT dapat mewujudkan masjid ini sebagai destinasi peradaban nasional. Maka, Raker MAJT yang mengusung milestone sebagai target program kerja dinilai sangat tepat.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jateng ini menyatakan perihatin atas kecenderungan perubahan tatakrama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seiring tingginya pemanfaatan teknologi digital. Penggunaan internet di Indonesia mencapai 176 juta, sementara setiap internet rata-rata mengakses 11 web dan situs.

“Bila web dan situs itu diisi orang-orang yang tidak berintegritas maka yang timbul meluas hoax, kuatnya distrupsi hingga memporakporandakan tatanan bermasyarakat. Termasuk ancaman pengangguran tinggi akibat kerja manusia digantikan robot. Hal ini membutuhkan kearifan. Maka fenomena ini harus disikapi MAJT secara serius,” pintanya.

Ali Mufiz menegaskan posisi MAJT untuk menjadi trendsetter sangat penting. Bukan berarti MAJT akan mengabaikan tugas utama masjid di bidang peribadatan, tetapi memosisikan sebagai trendsetter merupakan panggilan tugas,” katanya.

Harapan tersebut mendapat respons tinggi Ketua PP MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA. Menurutnya, manajemen MAJT diarahkan sebagaimana harapan Kiai Ali Mufiz dan Kiai Darodji. Visi MAJT hingga 2023 sebagai pusat peribadatan dan peradaban Islam Aswaja yang unggul bertaraf internasional. Sekaligus sebagai destinasi wisata religi bertaraf internasional.

Visi tersebut, tambahnya, secara otomatis memosisikan pengurus MAJT bukan sekadar mengurusi masjid kampung, tetapi masjid di Kota Semarang yang reputasinya terbesar di dunia di bawah masjid haram untuk mengembangkan peradaban dunia. Hal ini mengandung konsekuensi pengelolaan harus profesional dan modern. Area MAJT saat ini sudah 11,3 hektar, di sebelahnya ada areal 22 hektar yang akan dijadikan pusat pendidikan, kesehatan, bisnis centre yang muaranya untuk mewujudkan Litle Mecca. “Di dunia ini tidak ada masjid yang memiliki luas 32,3 hektar kecuali masjid haram,” katanya.

Ke depan, lanjut Prof Noor, berbagai kerjasama intrernasional terus dimasifkan. Sepanjang nuansa kerjasama untuk hal positif terutama pengembangan peribadatan dan peradaban, maka akan dioptimalkan.

Agus Supri/Sol