blank
Ratusan mahasiswa menamai diri "Salatiga Bergerak" membentangkan poster bernada sindiran, saat menggelar aksi damai di Bundaran Taman Sari Salatiga, Jumat (27/9) petang. (Foto: SB/Erna)

SALATIGA –  Massa ‘’hitam-hitam’’ merangsek ke Bundaran Taman Sari Salatiga, Jumat (27/9) petang. Massa terdiri atas ratusan mahasiswa yang menamai diri “Salatiga Bergerak”, menggelar aksi damai.

Kompak mengenakan kostum serba hitam sebagai tanda berkabung nasional, massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Salatiga Bergerak mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian itu, berorasi sembari menyampaikan tuntutannya.

Awalnya massa bergerak dari kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Keberadaan massa berkumpul di satu titik ini, mengharuskan petugas Kepolisian menutup sejumlah arus menuju Bundaran Tamansari, Salatiga.

Sepanjang aksi, massa menyanyikan sejumlah lagu patriotik. Sontak, aksi ini mendapat perhatian dari masyarakat dan menyebabkan kemacetan.

Koordinator aksi, Triwiningsih, mengatakan aksi ini adalah panggilan atas respon terhadap persoalan bangsa yang tak kunjung usai. Penyebabnya, aksi-aksi di berbagai daerah dijawab dengan tindakan represif dari aparat.

Ada sejumlah persoalan yang disampaikan peserta aksi. Membawa sejumlah poster bersisi ‘nyleneh’ namun bernada sindiran.

blank
Ratusan mahasiswa yang berpakaian hitam melakukan aksi di Bundaran Taman Sari, Salatiga.(Foto: SB/Erna)

Di antara isu nasional yang diusung adalah, problematika RUU KUHP dan rancangan undang-undang lainnya. Massa aksi juga mendesak segera disahkannya RUU PKS yang dirancang dalam perspektif keadilan untuk korban.

“Kami mendesak pemerintah pusat dan DPR-RI agar tidak menciptakan peluang adanya gelombang protes terhadap problematika RUU KUHP dan rancangan undang-undang lain,” tegasnya.

Selain itu, tingginya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan adalah salah satu urgensi segera disahkannya RUU tersebut.

Dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), sepanjang 2018 terdapat 7.238 kasus yang melibatkan perempuan dan anak.

Persoalan lain yang mendesak untuk dituntaskan adalah kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan, kerusuhan di Papua, dan tindakan represif aparat hingga timbul korban di kalangan mahasiswa.
Hingga menjelang malam, aksi dilanjut dengan menyalakan lilin.

(Suarabaru.id/Erna)