blank
Air sungai Bengawan Solo terjadi polutan (tercemar) berubah menjadi hitam pekat, berbusa, dan berbau sudah masuk di IPAL PDAM Blora di Cepu. (Foto: SB/Wahono)

BLORA – Sedikitnya 12.000 pelanggan PDAM Blora, Jateng, sejak Kamis (12/9/2019), tidak lagi terlayani air bersih setelah perusahaan daerah itu stop produksi dari dampak polutan air Bengawan Solo.

Belasan ribu pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tesebut, masing-masing berada di Kota Blora, Kecamatan Cepu, Sambong, Jiken dan Jepon.

“Pencemaran Bengawan Solo masuk ke IPAL kami di Cepu, PDAM sementara ini stop produksi,” jelas Dirut PDAM setempat, Yan Riya Pramono.

Dijelaskan Yan Riya, penghentian produksi ada di lima unit pelayanan (UP), namun untuk unit lainnya tetap berproduksi.

UP yang tetap beroperasi, antara lain UP Kecamatan Ngawen, Kunduran, Todanan, Kedungtuban dan Randublatung.

Sedangkan UP terdampak pencemaran air baku dari Bengawan Solo ada di Kecamatan Kota Blora 4.077 pelanggan dan Kecamatan Cepu 6.014 pelanggan.

Di UP lain ada di Kecamatan Jepon 414 pelanggan, Kecamatan Jiken 291 pelanggan, kecamatan sambong 276 pelanggan, dan PDAM belum bisa memastikan kapan kembali berproduksi.

DLH Turun

Terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabhpaten Blora, Hj. Dewi Tejowati, juga membenarkan terjadinya pencemaran Bengawan Solo.

Pihaknya sudah turun lapangan untuk melakukan penelitian. Pencemaran dari hulu sungai dan cukup parah, namun belum bisa diketahui sumber pencemaran tersebut.

“Kami sudah cek lapangan, sebulan sudah dua kali terjadi polutan, dan ini sedang mencari penyebab pencemaran tersebut,” jelas Dewi Tejowati.

Diberitakan suarabaru.id sebelumnya, PDAM Blora segera menghentikan produksinya, karena air baku dari sungai Bengawan Solo terkena polutan (tercemar) berubah warna hitam, berbusa, dan berbau.

Dijelaskan Direktur Utama (Dirut) PDAM, polutan hitam pekat itu dari Hulu Bengawan Solo, sudah sampai di pusat instalasi pengolahan air PDAM di Cepu.

Akibat kondisi air baku tersebut, pihaknya untuk sementara waktu menghentikan produksi sampai air normal kembali.

“PDAM tetap terus berusaha mencari solusi,  dan mencari bahan kimia yang mampu mengatasi polutan warna,” tambah Yan Riya Pramono.

blank
Saat pemasangan dan penanaman pipa jaringan distribusi utama (JDU) masuk Kecamatan Jiken, Blora, 3,5 tahun lalu. (Foto: SB/Wahono)

Menara Kunden

Dijelaskan, sejak akhir 2018 manajemen PDAM tertolong proyek SPAM Bengawan Solo yang airnya mulai mengalir lancar ke menara air di Kunden, Kota Blora, dan kecamatan lainnya.

Selama ini, PDAM Blora mengandalkan air baku Waduk Tempuran, Sungai Ngampel, dan sumber Kajar.

Setelah Waduk Tempuran dikeringkan untuk perawatan fisik, Kali Ngampel dan Kajar debitnya turun drastis, BUMD itu hanya mampu melayani sebagian pelanggan saja.

Bahkan diakui Yan Riya Pramono, musim kemarau 2018 lalu, pelanggan di Kota Blora dan sekitarnya tidak terlayani maksimal, hanya sekitar 1.000 dari 4.000-an pelanggan.

Untungnya, proyek Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) dengan jaringan distribusi utama (JDU) memanjang mulai dari DAS Bengawan Solo ke Kota Blora sudah mengalir, pelanggan PDAM bisa terlayani baik.

Perlu diketahui, proyek SPAM bantuan pemerintah pusat berbiaya Rp 135 miliar yang digarap sejak 2014 oleh PT. Hutama Karya (HK), diujicoba akhir Desember 2018.

Untuk sampai di menara air Blora, JDU atau pipa induk sepanjang 42 kilometer itu dilengkapi intake berlokasi di Cepu, dan dua boster pendorong air di Sambong dan Jiken.

Proyek multi year tersebut, melintasi lima kecamatan (Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Blora) yang pipa JDU-nya tertanam di pinggir jalan nasional Blora-Cepu.

Ke depan SPAM diproyeksikan bisa melayani kebutuhan air untuk 8.000 kepala keluarga (KK) atau pelanggan baru berkapasitas 200 liter/detik.

 

Suarabaru.id/Wahono