blank
Pada kondisi tertentu, jalur pantura Kota Rembang mengalami kemacetan arus lalu lintas, seperti yang terekam kamera suarabaru.id ini.

REMBANG -Kebutuhan akan adanya jalan lingkar Kota Rembang sudah sangat mendesak. Hal itu berdasarkan data dari hasil analis yang dilakukan oleh  Dinas Perhubungan setempat.

”Pada jam-jam sibuk derajat kejenuhan arus lalu-lintas di Kota Rembang sudah mendekati batas toleransi. Karena itu perlu segera dibangun jalan lingkar, biar tidak terlambat,” kata Kepala Dinas Perhubungan Rembang, H Daenuri.

Dia yang dihubungi suarabaru.id melalui telepon selulernya, tadi pagi, menambahkan bahwa masalah rencana pembuatan jalan lingkar, khususnya menyangkut perhitungan segi teknis maupun besarnya biaya sudah pernah dilakukan beberapa tahun lalu.

Bahkan, ketika kepemimpinan Bupati Hendarsono, Konsultan CV Arsitektonik Tajuk Rekayasa (Arsitareka), Semarang, pernah memberikan paparan soal hasil analisnya dihadapan para pejabat terkait. Dari situlah muncul kesimpulan perlunya segera dibangun jalan lingkar di Kota Rembang. Pasalnya, karena arus lalu-lintas di jalan pantura, khususnya yang melintas di Kota Rembang makin padat.

Contoh yang bisa kita rasakan setiap hari, tambah Daenuri, pada jam-jam sibuk sering kita jumpai kemacetan arus lalu-lintas di tempat-tempat tertentu. ”Itu belum termasuk bercampurnya volume pergerakan lalu-lintas regional dan lokal yang ada pada jalan primer,” katanya.

Namun sayang, hingga kini rencana pembangunan jalan lingkar belum terealisasi. Permasalahannya, karena keterbatasan soal anggaran yang dimiliki oleh Pemkab Rembang.

Apakah jalan lingkar sudah menjadi kebutuhan mendesak, Kepala Dinas Perhubungan itu menegaskan, Rembang yang kini tumbuh banyak industri sangat membutuhkan jalan lingkar. Hal ini juga didasari pada pertimbangan kondisi fisik dan kebutuhan ruang pengembangan yang meliputi permukiman, perdagangan, jasa, fasilitas umum, perkantoran, dan industri rumah tangga. Semua itu semata untuk mendukung pusat pemerintahan di daerahnya.

Selain itu, katanya, juga didasarkan pada kebutuhan untuk memberi aksesibilitas terhadap pengembangan wilayah kota yang mencakup perbaikan dan peningkatan kualitas serta fungsi jalan yang ada. Termasuk untuk membuka pengembangan kawasan baru ke arah selatan yang kini sudah ada pabrik semennya.

Apakah sudah ada konsep fisik jalan lingkar? Pejabat itu mengemukakan, konsep terbaru belum ada. Namun dari pemerintah provinsi pernah melakukan surve di Rembang, kaitannya dengan rencana pembangunan jalan lingkar.

Dia mengatakan, idealnya jalan lingkar Rembang dibuat mulai dari Kaliori hingga Lasem, dan bentuk fisiknya harus dua lajur empat lajur. Masing-masing jajur memiliki ukuran lebar 7 meter, median 2 meter, bahu 2 meter, dan drainase 1 meter. Total lebar keseluruhan adalah 22 meter.

Dulu, rute yang dipilih untuk jalur lingkar melalui Desa Tireman, Kabongan Kidul, Gedangan, Weton, Turusgede, Ngotet, Mondoteko, Katanggi, Pulo, Sendangagung, Bogoharjo, Pantiharjo, dan Banyudono. Sekarang rute itu sudah tidak ideal lagi, karena selain jaraknya terlalu pendek, di kawasan itu juga sudah banyak tumbuh perumahan.

Cuma hambatannya, pemkab tak akan mampu menyediakan dana untuk membangun jalan lingkar itu. Namun upaya tetap akan dilakukan oleh Pemkab Rembang, misalnya berupaya melobi ke Gubernur Jateng dan pemerintah pusat.

Sekarang ini hampir semua daerah yang dilintasi jalan pantura sudah memiliki jalan lingkar, misalnya Demak, Kudus, dan Pati. Karena itulah Rembang sudah saatnya untuk memikirkan jalan lingkar.

”Terus terang saja, permasalahan yang dihadapi Rembang hampir sama dengan permasalahan yang dihadapi Demak, Kudus, dan Pati, yakni menyangkut kepadatan arus lalu-lintas,” jelasnya.

suarabaru.id/Djamal AG