REMBANG (SUARABARU.ID)-Guna memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2020, sejumlah wartawan di Kabupaten Rembang mengadakan beberapa kegiatan sosial dan keagamaan. Seperti kegiatan Senin (10/2) malam, sejumlah wartawan yang dipimpin Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Rembang Musyafak mengunjungi seorang ulama, yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), pengasuh Pondok Pesantren Alquran Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Rembang.
Di hadapan ulama yang lagi digandrungi kaum milenial pecinta media sosial ini, Musafak meminta masukan dari Gus Baha agar pekerjaan wartawan mendapat ridha Allah. Ia juga berharap saran dari Gus Baha agar para wartawan memiliki fungsi yang benar sesuai tuntunan agama.
Menjawab permintaan Musyafa, Gus Baha menjelaskan bahwa baik buruknya pekerjaan itu tergantung niatnya. Karena menurutnya hal yang baik bisa menjadi buruk kalau diniati jelek, tapi kalau diniati baik maka akan menjadi baik. Termasuk juga pekerjaan wartawan, bisa juga dibawa ke hal yang baik ataupun buruk. “Pekerjaan wartawan itu sudah ada sejak dulu, bahkan pada masa Kanjeng Nabi juga sudah ada,” terang Gus Baha.
Lebih lanjut Gus Baha mengungkapkan, bahwa pada masa Rasullullah peran wartawan sudah ada. Mereka sangat dibutuhkan oleh para penguasa yang menjadi lawan-lawan Islam. Saat itu berita-berita yang disampaikan wartawan memang objektif, sehingga bisa menjadi rujukan penguasa saat hendak menghadapi Islam pada umummnya dan Nabi muhammad khususnya.
Murid kesayangan almarhum KH Maemoen Zubair sarang ini mencontohkan, saat pewarta mengabarkan pengikut-pengikut Rasulullah yang begitu fanatik dan loyal pada Nabi Muhammad, menjadikan lawan Islam segan saat hendak menyerang nabi Mohammad.
“Rambut, air sisa wudhu hingga air ludah Nabi Muhammad saja tidak sampai jatuh ke tanah. Orang-orang akan saling berebutan. Dan hal seperti itu diberitakan secara apa adanya oleh wartawan,” ungkap Gus Baha.
Melihat loyalitas umat Islam yang sedemikian ikhlas tanpa ada paksaan itulah yang membuat musuh-musuh Islam menjadi takut, dan membiarkan Islam berkembang. Sementara tentara mereka hanya loyal lantaran mendapat bayaran.
Gus Baha menambahkan, dulu peran wartawan banyak dilakukan oleh para penyaair. Penyair-penyair itulah yang mempengaruhi orang-orang melalui tulisan dan ucapannya. Bahkan Nabi Muhammad sendiri pernah ditawari oleh seorang penyair yang akan membuatkan puji-pujian. Kala itu memang pengaruh penyair sangat besar. Jika penyair memuja-muja maka orang akan senang, namun jika penyair sudah menjelek-jelekkan maka orang akan memusuhi.
“Namun kala itu Nabi Muhammad mengatakan secara diplomatis bahwa yang pantas dipuji-puji hanyalah Allah,” tambahnya.
Diera modernisasi ini tambah Gus Baha, semakin banyak orang yang pingin menjadi wartawan. Di warung-warung kopi orang bisa menyampaikan berita. Di media-media sosial hampir semua orang pingin mengabarkan berita.
“Cuma wartawan itu pinter, berita bisa dijadikan uang. Sementara di warung-warung kopi berita yang disampaikan tidak menghasilkan apa-apa,” seloroh Gus Baha.
Selain kegiatan keagamaan, peringatan HPN tahun 2020 di kabupaten penghasil garam juga dilakukan kegiatan sosial. Salah satunya membersihkan dua makam rekan wartawan yang meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Selain itu juga akan diadakan kegitan sosial di SD N Ngajaran, Kecamatan Sale, pada Kamis (13/2), berupa pemberian bantuan buku dan bibit pohon. Di SD yang terpencil ini, juga akan dilakukan sosialisasi tentang dunia wartawan.
“Masih banyak guru SD di pedalaman yang tidak mengenal dunia jurnalis. Harapannya setelah mendapat sosialisasi, mereka akan pahan apa itu jurnalis sehingga mereka tidak mudah ditakut-takuti oleh orang yang mengaku sebagai wartawan,” jelas Musafa.
Selain “ngaji” pada Gus Baha, jajaran PWI Rembang juga melakukan ziarah dan memberdsihkan makam wartawan yang sudah lebih dahulu berangkat menghadap Allah. Sanyoto-trs