SIAPA tergolong wong delul dalam kisah pendek berikut ini? Seorang suami yang sama sekali tidak menyukai kucing, lebih-lebih kucing istrinya. Dia membawa pulang bawa daging untuk makan malam nanti.
Ditaruhnya daging itu di atas meja dapur. Ketika hendak memulai masak persiapan makan malam, daging itu lenyap dari atas meja dapur. “Dasar kucing sialan,” teriak sang suami.
Istrinya segera menimpali dengan suara yang tidak kalah kencengnya: “Tidak mungkin, dia pasti tidak akan mampu menghabiskan daging satu setengah kilogram itu.”
Baca juga Timun Wungkuk Timun Jinara
Lalu, suami istri itu sepakat mengambil timbangan. Kucing itu ditimbangnya. Berat kucing itu ternyata satu setengah kilogram. Suami teriak lagi: “Apa aku bilang, inilah daging itu!!” Istri tidak kalah sewot menjawab: “Please deh, kalau itu dagingnya, lalu mana kucingnya, hahhhhh?”
Delul
Pertanyaan awal tadi kembali perlu kita jawab: Siapa termasuk wong delul dari sepasang suami istri ini? Sang suami yang mudah naik pitam karena sangat tidak suka kucing itu? Ataukah sang istri yang karena sukanya kepada kucing, selalu bela-belain? Ataukah keduanya termasuk wong delul, justru dipersatukan sebagai suami istri karena sesama delul?
Dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara, sebutlah menyimak para pejabat teras di senayan maupun di istana, adakah (dan siapa saja??) termasuk pejabat delul? Jawaban normatif, berdasarkan fakta kehidupan sehari-hari, di mana pun dapat kita temui wong delul itu: di rumah tangga ada, di tingkat RT/RW ada, di pasar ada, di kantor-kantor ada.
Nah……kalau ada di mana-mana, berarti baik di Senayan maupun Istana, ada jugalah wong delul itu. Clear ya?
Bacalah delul seperti Anda mengucapkan sepatah kata dalam bahasa Inggris the moon, atau the rule; dan kata delul ini bahasa Jawa tulen lho.