
Ada dua arti delul; pertama berarti dleya, yakni orang yang suka nglirwakake kewajibane, melupakan kewajiban utamanya, dan sembrono. Adakah orang semacam ini? Banyak. Adakah Menteri, misalnya, yang suka dleya, melupakan kewajiban utamanya tetapi malah ngurusi kewajiban orang/pihak lain?
Adalah, misalnya ngapik-apik awake dhewe, merasa paling bagus apa yang dikerjakannya, namun sayangnya suka ngelek-elek, menjelekkan wong/pihak lain. Orang semacam itu dapat disebut delul (arti pertama).
Baca juga Pager Pring, Bethek
Dalam contoh suami-istri yang pembenci dan penyuka kucing namun bersatu dalam rumah tangga tadi; menurutku keduanya memang delul. Justru karena kedua-duanya delul, itulah pasti ada saja Tindakan-tindakan sembrono yang sering dilakukan baik oleh suami atau pun istri. Dasar delul.
Arti kedua delul, ialah nggugu karepe dhewe, suka-suka sendirilah. Dewasa ini, orang yang bersikap suka-suka sendiri jumlahnya semakin banyak. Ampun deh!! Menerabas palang pintu rel kereta api, banyak.
Menyerobot lampu merah, banyak. Tidak menaati peraturan kantor atau lembaga tempat kerja, tidak terhitung. Pensiunan namun bergaya seolah-olah masih aktif, banyak juga. Masih klinteran saba kantor, atau bisa juga masih ngajak diskusi mantan anak buah.
Nah…….. itulah contoh-contoh delul (arti kedua), nggugu karepe dhewe. Dan, menariknya, dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk mereka yang di “singgasana sana” atau pun oleh warga masyarakat. Orang-orang resmi (terikat sumpah/janji), atau pun orang-orang bebas merdeka tanpa terikat apa pun; masing-masing dapat berlaku suka-suka sendiri. Dasar delul.
Njur Piye, Jal?
Pertanyaan wajar pasti sampai ke ungkapan: Njur piye, Jal? Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita buat? Saya sih mau cerita saja. Di salah satu grup saya, ada dua kubu anggota grup yang satu lahir dina Wage, dan satunya dina Paing.
Ada saja orang-orang Ge-Ing ini menemukan topik untuk eyel-eyelan sepanjang hari. Bila ada “protes” dari warga group yang minta agar sesekali gang Ge-Ing ini gencatan senjata; muncul jawaban-jawaban yang semakin gemeske. “Biar saja, Pak, mengasah adrenalin saya, nih.”
Intinya, menghadapi orang-orang delul, ehhhh maaf: orang-orang yang suka eyel-eyelan, jalan terbaiknya, ialah biarkan saja, EGP. Namun, jika yang delul itu orang-orang penting dalam pengambilan kebijakan berbangsa dan bernegara, njur piye? Jawaban delul saya, pasrahke wae Pak Presiden he….he…he….
JC Tukiman Taruna, Pengajar Pengembangan Masyarakat di Pascasarjana UNS Surakarta dan SCU Semarang