blank
Ilustrasi, pagar bambu di laut. Reka: SB.ID

blank

PAGER pring, pagar bambu (di tepi laut),  sedang naik daun. Dibicarakan di mana-mana dan oleh siapa saja. Itulah bethek. Ucapkan ini  seperti Anda mengatakan lembek, atau pun kethek sebagaimana kita bahas minggu lalu; rampek-rampek kethek.

Dan tentang bethek di laut ini sedang hangat dibicarakan karena orang bertanya-tanya: (a) untuk apa laut dipasangi bethek?, (b) siapa pemasang bethek dawaaaaaaaaaaaaa banget itu? Dan (c) kira-kira apa kelanjutan pertanyaan-pertanyaan ini nantinya?

Hidup di perdesaan, lebih-lebih di tahun-tahun sebelum 70-an, di setiap pekarangan masing-masing rumah tangga hampir selalu dijumpai tanaman/pohon seperti: kelapa, pisang, kluwih, mlinjo, dan pring (bambu).

Pring

Tanaman pring pilihan orang-orang desa utamanya tiga jenis, yaitu (i) pring petung manakala pekarangannya luas, karena jenis bambu petung ini sangat bagus untuk bahan bangunan (sebagai tiang, blandar, usuk, reng, dsb). Lalu (ii) pring wulung, juga banyak manfaatnya untuk bahan bangunan rumah.

Di samping itu, baik pring petung atau pun wulung, tunas mudanya enak dimasak, dibuat gudheg  enak banget. Dan (iii) pring apus, batangnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan petung dan wulung; namun pring apus ini sangat banyak manfaatnya. Termasuk dinggo pager, bethek tadi. Bethek dari pring apus.

Baca juga Digajahi – Di-gajah-i

Dan bethek dari pring apus banyak menjadi pilihan karena tali pengikatnya pun dibuat dari pring apus yang masih relatif lebih muda. Dari pring petung atau pun wulung, tidak dapat dipilin-pilin menjadi tali, sebagaimana apus dapat.

Pagar laut

Pager pring, bethek, dibuat sebagai pembatas; bisa pembatas antarkapling pekarangan seseorang dengan kapling orang lainnya; bisa juga pembatas antara jalan dengan pekarangan.