blank
Disaksikan Patih Pantjatnyana (kiri), Prabu Boma Narakasura (kanan) yang kerasukan roh Bomantara, tega memutilasi (menuwing-juwing) tubuh Ksatriya Parang Garuda, Samba, yang masih adik sendiri (lain ibu).(Dok.Yoga Puja Kesuma)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Klimaks dari lakon Gojali Suta, Minggu dinihari (19/1/25), dikemas dalam sajian perilaku sadistis Prabu Boma Narakasura (Sitija) yang tega memutilasi Samba (Wisnubrata). Ini berlangsung saat dalam kondisi mabuk minuman keras (Miras).

Event wisata budaya lakon Gojali Suta, dimainkan dalam pagelaran wayang kulit Malem Minggu Legen. Wayangan untuk memperingati berdirinya pasinaon (kursus) seni pedalangan Sanggar Panji Wulung Kabupaten Wonogiri ini, dimainkan oleh duet dalang muda penuh talenta Ki Alifian Nur Rochmad dan Ki Wahid Ahsan Hidayat. Digelar dalam kemasan bentang kelir yang dijadikan dua bagian, agar keduanya dapat tampil bersama.

Sebelum melakukan mutilasi (menjuwing-juwing), kakak adik Boma-Samba, sama-sama menegak Miras. Dalam keadaan mabuk Miras, Samba keceplosan memberikan pengakuan jujur telah menyelingkuhi Dewi Hagnyanawati. Tentu saja ini membuat Raja Trajutrisna Boma Narokasura emosi naik pitam, dan menantang adiknya Samba dari Kasatrian Parang Garuda, untuk melakukan adu kesaktian.

Boma-Samba, sama-sama putra Prabu Kresna lain ibu. Boma marah, karena istrinya (Dewi Hagnyanawati) berselingkuh dengan Samba. Adu kesaktian, dipilih sebagai jalan secara ksatria untuk penyelesaian kasus skandal perselingkuhan Samba dengan istri Boma.

Awalnya, Samba senang, karena Boma mati setelah ditusuk keris. Tapi Boma dapat hidup lagi, selagi tubuhnya masih bersentuhan dengan bumi. Ini berkat ajian Pancasona Bumi yang dimiliki Boma. Karena dapat hidup kembali, ini membuat kaget Samba.

Titisan

Giliran Boma menusukkan Keris Pusakanya, Kiai Vaisnavastra ke tubuh Samba, spontan membuat Satriya Parang Garuda langsung tewas. Boma ternyata tidak hanya puas membunuh Samba dengan tusukan keris. Tapi masih melakukan mutilasi. Tubuh Samba disuwing-suwing, sebagai puncak pelampiasan amarahnya atas skandal perselingkuhan Samba dengan istrinya.

Pengurus Sanggar Panji Wulung, Yoga Puja Kesuma, menyatakan, alur Gojali Suta diawali skandal Samba-Hagnyanawati. Ini berujung Samba Juwing (dimutilasi), baru kemudian terjadi perang Gojali Suta (Bapak-Anak) yakni Prabu Kresna-Boma. Yang antiklimaks-nya Boma gugur.

Samba berselingkuh dengan Dewi Hagnyanawati, karena dipengaruhi keduanya menjadi titisan Bathara Drema dan Bathari Dremi (putra-putri Dewa Indra). Samba ingin memperistri Dewi Hadnyanawati (Hagnyanawati), putri Prabu Narakasura (Raja Negara Surateleng) yang diyakini sebagai titisan Bathari Dremi.

Tapi, ternyata telah lebih dulu diperistri Prabu Bomanarakasura (Sitija), yakni putra Prabu Kresna dengan Dewi Pretiwi. Samba (putra Prabu Kresna dengan Permaisuri Dewi Jembawati), tewas dalam peperangan melawan Prabu Bomanarakasura, tetapi dihidupkan kembali oleh Prabu Kresna.

Lakon Gojali Suta berkisah tentang perangnya Bapak dan Anak. Yakni Prabu Kresna dengan Boma Narakasura. Setelah Boma menolak pemberian sanksi hukuman, atas kesalahannya membunuh Samba (putra kesayangan Prabu Kresna) secara sadis. Boma malah menantang perang dan akhirnya tewas dibunuh oleh Prabu Kresna dengan pusaka senjata Cakra.

Samba baru mati, setelah berakhirnya perang Bharatayuda Jayabinangun, yakni perang besar antara Pandawa dengan Kurawa. Kematian Samba terjadi saat berlangsungnya pertempuran yang sama-sama memakai Pusaka Gada, yang dilakukan trah Yadawa, yakni Wresni dan Andaka.(Bambang Pur)