blank
Aksara Cina dan di bawahnya tulisan Latin ROEMAH OEI, sebuah sudut di kota toleransi Lasem. Foto: froyonion

 LASEM, sebuah kota tua yang sudah ada sejak zaman Kerajaan dulu.  Lasem berada di jalur utama Pantai Utara Jawa, di wilayah Kabupaten Rembang. Lasem sudah dikenal sejak abad ke-14, dan menjadi bandar atau Pelabuhan utama bagi Kerajaan Majapahit.

Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, Lasem tetap menjadi kota bandar penting di bawah Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram. Lasem tetap punya peran penting sebagai pangkalan armada perang Mataram dan pusat perdagangan.

Sebagai kota kuno, Lasem memiliki kekayaan yang unik. Penduduknya terdiri atas berbagai suku seperti Jawa, Tionghoa, Keturunan Campa, kemudian etnis Lasem yang merupakan perpaduan dari etnis-etnis tersebut, tentu saja ada etnis pendatang seperti orang Sunda dan Batak.

Lasem sebagai jalur pengembangan agama Islam, tentu saja meninggalkan jejak-jejak para wali. Maka, di Lasem ada juga jejak Sunan Bonang, salah satu dari Walisongo.

Petilasan itu berupa Sebuah petilasan peninggalan Sunan Bonang terawat dengan baik hingga kini di Desa Bonang Kecamatan Lasem, Rembang. Petilasan tersebut berupa empat buah bongkahan batu beragam ukuran, yang letaknya tak bisa dipindah.

Satu batu berukuran besar, dan konon di batu ini terdapat cap dahi Sunan Bonang menggambarkan seolah sehabis bersujud. Batu berikutnya berukuran sedikit lebih kecil, terdapat cap kaki sebelah kiri. Dipercaya cap tersebut merupakan kaki sunan Bonang saat bertapa, berdoa kepada Allah dengan berdiri satu kaki.

Kita memang tidak kesulitan untuk berkunjung ke petilasan ini, karena lokasinya ada di tepi jalan raya pantura di tepian Pantai, di Desa Bonang. Satu Lokasi dengan petilasan ini adalah makam putri Campa, murid Sunan Bonang yang datang dari negeri Campa.

Wisata Toleransi
Jejak pengembangan Islam, selain petilasan Sunan Bonang, di Lasem juga ada Masjid Jami yang didirikan pada tahun 1588.