blank
Lakon Pandawa Tani saat disajikan Dalang Kondang Ki Manteb Sudarsono (Alm) di Tahun 2019, saat Indonesia dilanda Pandemi Covid-19.(Dok.Ist)

PANDAWA TANI merupakan lakon wayang yang jarang dipentaskan.Tapi Lakon Pandawa Tani yang menyajikan konflik Pandawa-Kurawa rebutan aliran kali, ikut digelar dalam wayangan semalam suntuk untuk memeriahkan tradisi Bersih Desa di sejumlah Dusun di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.

Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Prantoro Adiningrat MM, menyatakan, Pandawa Tani tidak masuk dalam daftar lakon di Buku Ensiklopedi Wayang Indonesia. Dalam Buku Ensklopedi susunan Tim Penulis Sena Wangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesdia) Jakarta-1999, lakon wayang dipilah menjadi empat bagian.

Pertama, Lakon Para Dewa sebanyak 15 lakon. Kedua Lakon Lokapala sebanyak 26 lakon. Ketiga Lakon Ramayana sebnyak 26 lakon. Keempat, Lakon Mahabarata-Baratayuda (temasuk sejumlah Lakon Banjaran) jumlahnya sebanyak 225 lakon. Pranoto yang juga Abdi Dalem Keraton Surakarta, berkata: ”Lakon Pandawa Tani tidak ikut tercatat dalam Buku Ensiklopedi Wayang tersebut.”

Penjelasan Lakon Pandawa Tani tidak populer di pakeliran wayang kulit, juga diungkapkan secara terpisah oleh Dalang Ki Eko Sunarsono. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri ini, dikenal sebagai seniman dalang dan pengrawit.

Pada tradisi Bersih Desa di Kabupaten Wonogiri, Lakon Pandawa Tani dipentaskan di Dusun Mijahan, Desa Banaran, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Dalang Ki Seno Aji, membawakan Lakon Pandawa Tani dengan didukung Paguyuban Aji Laras dengan Vokalis Sindhen Atik, Anik, Vian dan Tina. Lakon Pandawa Tani, juga dipentaskan dalam wayangan semalam suntuk Bersih Desa di Dusun Grenjeng, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Disajikan oleh Dalang Ki Maryono Bagong.

Ki Manteb

Meski merupakan lakon tidak populer, dalang kondang Ki Manteb Sudarsono, di Tahun 2019, pernah mementaskan Lakon Pandawa Tani saat Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19. Dipentaskan di rumah kediaman Dalang Ki Mantep, di Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, untuk kemudian dipancarsiarkan secara virtual ke seluruh Nusantara, bersamaan acara peluncuran perdana produk Jahe Merah.

blank
Dalang Ki Maryono Bagong, mementaskan Lakon Pandawa Tani di tradisi Bersih Desa yang digelar masyarakat Dusun Grenjeng, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri.(Dok.Ist)

Berebut aliran kali

Sinopsis Lakon Pandawa Tani, berkisah tentang konflik Pandawa-Kurawa yang memperebutkan alir kali (sungai). Diawali dengan adegan jejeran Ngamarta, Pandawa bersaudara (Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa), berkehendak membangun Bendungan Irigasi di aliran Kali Serayu. Tujuannya, untuk memakmurkan kawula (masyarakat) Ngamarta yang banyak berjasa membantu Ngamarta.

Ini yang kemudian membuat Ngastina iri. Prabu Duryadana emosi, ingin menjebol (merusak) Bendungan Kali Serayu. Ngastina minta bantuan Dewi Kenya Wandasari. Ratu Putri dari Kerajaan Tawanglimengan ini, mengerahkan bala prajurit Pimpinan Patih Singaranu yang memiliki keampuhan dapat hidup di dalam air.

Upaya menjebol Bendungan Kali Serayu mendapatkan perlawanan dari Pandawa bersama putra-putranya. Patih Singaranu dikalahkan oleh Antareja dan Antasena. Putra Werkudara dari perkawinannya dengan Dewi Naga Gini dan dari perkawinannya dengan Dewi Urangayyu.

Duet Antareja dan Antasena yang memiliki keampuhan hidup di dalam air (Ambles Tirta) dan di dalam tanah (Amles Bumi), mengalahkan Patih Singaranu. Bala Kurawa dikalahkan oleh Werkudara dan Janaka serta Gatutkaca. Kemudian Ratu Putri dari Kerajaan Tawanglimengan, Dewi Kenya Wandasari, ditaklukan oleh Semar Bodronoyo.
Bambang Pur